Cek Akurasi Data Paslon
SURABAYA – Topik ekonomi pembangunan yang diangkat dalam debat kandidat Pilgub Jatim 2018 sesi II tadi malam membuat kedua pasangan calon, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak dan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno, harus menguasai data.
Parameter kesuksesan pembangunan ekonomi yang kualitatif membuat penguasaan angka-angka indikator makro harus akurat. Jika tidak, akan menjadi sasaran bagi pasangan calon lawan.
Pada debat sesi II ini, Jawa Pos mencoba memantau tingkat ketertarikan calon pada topik ekonomi tertentu melalui penggunaan kata-kata selama debat berlangsung. Metode most frequently words ini akan memantau penggunaan kata setiap kandidat selama dua jam debat.
Hasilnya, calon gubernur Khofifah Indar Parawansa terpantau paling sering mengucapkan kata ’’investasi’’, disusul kata ’’pertumbuhan’’ dan ’’pembangunan’.’ Sementara itu, cagub Saifullah Yusuf paling sering mengucapkan kata ’’petani’’, diikuti kata ’’investasi’’ dan ’’infrastruktur’’.
Pola lebih kontras terlihat pada pilihan kata dua calon wakil gubernur. Emil Elestianto
Dardak tercatat paling sering menggunakan kata ’’energi’’, disusul kata ’’infrastruktur’’ dan ’’Madura’’. Semua pilihan kata itu berbeda dengan pilihan kata Puti Guntur Soekarno yang paling sering mengucapkan kata ’’UKM’’, disusul ’’investasi’’ dan ’’jalur selatan’’.
Jawa Pos juga melakukan cek dan ricek atas data-data yang disampaikan kandidat. Kedua pasangan calon terlihat telah mempersiapkan diri dengan baik. Hampir tidak ada kesalahan berarti dalam menyebutkan angka-angka pencapaian pembangunan maupun angka dari topik tertentu.
Debat sempat memanas saat Khofifah mempermasalahkan penyerapan angka penganggur 750 ribu per tahun dari program Saifullah-Puti. Sebab, jumlah penganggur di Jatim per tahun mencapai 820 ribu. ’’Artinya, apa mungkin dalam setahun seluruh pengangguran langsung dapat kerja?’’ tanya Khofifah.
Setelah debat, Puti memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai persoalan tenaga kerja itu. Dia memastikan program Pak Kardiman tidak di awang-awang. Sebab, penciptaan lapangan kerja, bagi dia dan Gus Ipul, tidak hanya yang berbasis investasi, tetapi juga menciptakan entrepreneur baru. Misalnya, lewat startup, ekonomi kreatif, nelayan dan petani entrepreneur, serta desa wisata.
Sementara itu, Khofifah menuturkan, pertumbuhan nasional 1 persen hanya mampu menghasilkan serapan tenaga kerja 400 ribu. Dari sisi Jatim, 1 persen pertumbuhan akan menyumbang 15 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional. ’’Maka kalau 750 ribu, bisa dibayangkan berapa besar pertumbuhan ekonominya,’’ ujar mantan menteri sosial itu.