Jawa Pos

Menanti Berakhirny­a Krisis Politik di Malaysia

-

HARI ini warga negara Malaysia menjalani pemilihan umum (pemilu) ke-14. Seperti biasa, pemilu di Malaysia selalu menyedot perhatian dunia. Selalu seru. Sebab, selalu ada tokoh oposisi yang dengan keras menantang penguasa. Mulai Anwar Ibrahim hingga kini Mahathir Mohamad.

Pemilu kali ini menjadi lebih seru karena penantang PM Malaysia Najib Razak adalah mantan mentor sendiri, Dr Mahathir Mohamad. Suhu politik sangat panas. Level panasnya mungkin setara dengan Pilpres 2014 di Indonesia karena menyajikan pertarunga­n head-to-head.

Isu korupsi, pemilu yang manipulati­f, dan kriminalis­asi selalu mengemuka di Malaysia. Di Indonesia juga seperti itu. Hanya di Malaysia lebih keras. Bahkan, sebelumnya tokoh sekelas Anwar Ibrahim dipenjarak­an dengan berbagai tudingan. Termasuk tuduhan kasus sodomi.

Isu praktik manipulasi pada pemilu Malaysia juga membuat negara tersebut selalu mengalami krisis demokrasi. Pers di sana tidak bebas. Warganya juga tidak leluasa bersuara. Untungnya, dari sisi ekonomi, Malaysia terbilang cukup berhasil. Setidaknya warganya bisa merasakan bahwa negara mereka lebih maju daripada Indonesia. Itu yang mungkin membuat krisis demokrasi di sana tidak sampai merembet ke mana-mana hingga mengancam perekonomi­an negeri jiran tersebut.

Banyak pihak berharap Malaysia bisa keluar dari krisis demokrasi yang menghantui­nya. Situasi yang kondusif di Malaysia juga akan baik bagi Indonesia. Apalagi, saat ini 2,7 juta warga negara Indonesia (WNI) mengais rezeki di Malaysia. Tentu, apa pun yang terjadi di Malaysia akan berdampak langsung kepada WNI di sana.

Harapannya, pemilu di Malaysia kali ini bisa berjalan dengan fair. Meski tudingan tidak fair sudah menyeruak. Siapa pun yang menang, itulah pilihan rakyat Malaysia. Kalaupun Najib Razak yang menang, kemenangan tersebut mesti diraih dengan adil dan tanpa kecurangan.

Pun demikian halnya bila Mahathir yang ditakdirka­n kembali memimpin Malaysia. Penyerahan tongkat estafet kepemimpin­an hendaknya juga berlangsun­g dengan mulus. Tidak ada kerusuhan setelah pemilu gara-gara salah satu pihak bertindak tidak fair.

Najib Razak maupun Mahathir Mohamad samasama punya hubungan yang baik dengan Indonesia. Selama ini hubungan Indonesia dengan Malaysia juga sangat baik. Pasang surut memang selalu ada. Kadang-kadang ada ketegangan karena persoalan perbatasan atau klaim wilayah. Namun, secara umum, Malaysia sudah menjadi tetangga yang baik bagi Indonesia.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia