Berharap Ada Jumper Perempuan Asia Jadi Penerusnya
Saaya Hirosawa, Atlet Jepang yang Melatih Puslatda Ski Air Jawa Timur
Nama Saaya Hirosawa masih tercatat sebagai pemegang rekor Asia ski air nomor jumping. Selama sepuluh hari sejak 1 Mei 2018, dia berada di Telaga Ngipik, Gresik, untuk mengajari atlet-atlet ski air Jawa Timur.
SIANG itu (7/5) Saaya Hirosawa terlihat serius mengamati beberapa peski Jatim yang sedang berlatih di Telaga Ngipik, Gresik. Mengenakan kacamata hitam dan bertopi, sesekali Saaya memberikan arahan kepada para atlet.
Sudah sejak 2013 Saaya menjadi pelatih ski air. Atlet yang berhasil memecahkan rekor Asia dengan lompatan sejauh 51,2 meter tersebut dipercaya untuk melatih jumping dan slalom bagi peski Jepang. Begitu pula kedatangannya di Indonesia.
’’Aku ingin memunculkan jumper perempuan di Asia. Aku suka membagi apa yang kupelajari, baik pengalaman maupun pengetahuan yang kudapat selama di Amerika Serikat,’’ kata Saaya.
Bukan tanpa alasan Saaya ingin mencetak jumper yang andal. Setiap mengikuti kejuaraan tingkat dunia, dia menjadi satu-satunya atlet dari Asia. Tidak ada yang lain.
Saaya menyadari, mempelajari ski air bukan hal yang mudah. Mulai terjun di dunia ski air sejak usia 19 tahun, Saaya terpaksa berlatih sendiri tanpa didampingi pelatih. Dia tak memiliki gambaran tentang apa yang harus dilakukan. Perempuan kelahiran Tokyo itu harus membayar mahal untuk mendapatkan pelatih di Amerika ’’Aku tidak ingin generasi selanjutnya merasakan struggle yang sama denganku,’’ ucapnya.
Meski menjadi pelatih bukan pekerjaan utamanya, Saaya senang melakukan kegiatan tersebut. Bagi dia, melihat peningkatan yang ditunjukkan para atlet yang diajarnya adalah hal yang menyenangkan. Terutama bila para atlet memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi juara.
’’Kalau mereka mau improve, tentu aku akan membantu. Aku cuma membantu mereka meraih mimpi,’’ ujar penghobi traveling tersebut.
Saaya selalu terbuka bagi siapa pun yang memerlukan jasanya. Bila pihak yang memanggil memberikan penawaran yang bagus, dia tentu membuat program dengan serius supaya para atlet berhasil menjadi peski profesional. Menurut Saaya, dibutuhkan intensitas yang tinggi untuk melatih dan mencetak seorang juara. Sayang, dia berada di Jatim hanya sepuluh hari. Takkan cukup untuk membenahi keseluruhan teknik para atlet.
Meski cukup disibukkan dengan keSerikat. giatan mengajar, Saaya tak melupakan jati dirinya sebagai atlet. Tahun ini dia ingin mengikuti Asian Championship. Saaya memasang target juara di kejuaraan tersebut. Setidaknya untuk yang terakhir. Bila berhasil, itu akan menjadi gelar kesebelas bagi Saaya. Sebab, selama sepuluh tahun terakhir, dia tak pernah turun dari posisi pertama.
’’Setelah ini, kurasa sudah waktunya untuk menyerahkan posisiku ke generasi selanjutnya. Aku tumbuh dan besar sebagai peski. Aku banyak belajar dari sana. Aku ingin move on,’’ tuturnya.
Saaya berujar takkan pernah meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya. Namun, untuk kejuaraan-kejuaraan selanjutnya, dia tak lagi berambisi menjadi juara. Hanya untuk bersenang-senang. Apalagi, umurnya tak lagi muda.