729 Kilometer, 25 Hari, untuk Curhat ke Presiden
Sopir Truk Beber Pemalakan oleh Preman dan Aparat
JAKARTA – Hari yang didambakan Agus Yuda itu akhirnya tiba. Setelah menempuh 729 kilometer selama 25 hari berjalan kaki dari Mojokerto, Jawa Timur, akhirnya sopir truk tersebut berhasil bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara Jakarta kemarin.
Kesempatan itu pun tak disiasiakan Agus. Dia ”memuntahkan” penderitaan yang selama ini dipendam sebagai sopir barang antarkota. Setiap hari dia harus berurusan dengan aksi pemalakan.
”Yang saya sampaikan ke Pak Presiden tadi ya kami seluruh driver angkutan barang di seluruh Indonesia itu meminta keamanan dan kenyamanan waktu mendistribusikan barang,” kata dia setelah ditemui Jokowi yagn didampingi Menhub Budi Karya Sumadi dan Wakapolri Komjen Syafruddin kemarin.
Agus memulai perjalanan ekstremnya tersebut pada 8 April 2018. Ayah dua anak itu sampai di Jakarta pada 3 Mei lalu. Dengan bekal pakaian dan telepon seluler. Tanpa uang sepeser pun. ”Untuk makan dibantu komunitas driver,” ujarnya saat ditemui seusai pertemuan dengan Jokowi.
Agus menceritakan, sejak dirinya menjadi sopir barang pada 2014, aksi pemalakan di jalanan telah menjadi menu keseharian. Melawan bisa babak belur. Namun, jika menuruti, penghasilan mereka anjlok.
”Di Jawa itu masalah premanismenya biasanya di daerah Pasuruan, Probolinggo, sampai Banyuwangi,” kata dia.
Sedangkan di Sumatera kasus serupa hampir terjadi di semua kabupaten. Besaran uang palak tiap preman sangat beragam. Ada yang mau dikasih Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, sampai Rp 20 ribu. Tapi, tidak jarang juga yang memaksa hingga ratusan ribu rupiah. Bagi sopir, kata dia, tidak ada pilihan untuk menolak. Sebab, nyawa jadi taruhan.
Penderitaan tidak selesai sampai di situ. Pasalnya, mereka masih menerima pungli yang dilakukan oknum petugas. Baik petugas dinas perhubungan maupun aparat kepolisian. Berbagai modus pun kerap dilakukan.
Mulai alasan yang masuk akal seperti tonase (bobot barang) melebihi batas atau kelengkapan dokumen. Sampai yang tidak masuk akal seperti tutup pentil ban.
Presiden Jokowi pun terkejut atas maraknya aksi premanisme yang sampai memotong penghasilan sopir sedemikian besarnya. Mantan wali kota Solo itu mengaku sudah mendengar laporan tersebut, tapi tidak menyangka jumlahnya sangat besar.
”Saya kan dengarnya sedikit. Ternyata, setelah bertanya kepada para pengemudi, para sopir (dipalak) sangat banyaknya. Kaget dong. Masak gak boleh kaget saya?” ujarnya kepada wartawan.
Seusai pertemuan, Jokowi langsung memerintah Wakapolri memberantas praktik itu. Bukan hanya terhadap preman lokal, tapi juga aparat yang nakal. ”Disikat saja semuanya,” tegas Jokowi.