Jawa Pos

Peluang dari si Anak Hilang

-

SWANSEA – Mark Hughes tak akan melupakan Manolo Gabbiadini lagi. Sebab, Gabbiagol –julukan Gabbiadini– jadi juru penyelamat Southampto­n dari ancaman degradasi. Pemain yang dianggap sebagai si Anak Hilang itu juga menjadi satu-satunya pembeda bagi The Saints saat memecundan­gi Swansea di Liberty Stadium kemarin.

Bahkan, gol semata wayang Soton tersebut dicetak Gabbiadini selang empat menit setelah dirinya masuk sebagai pengganti Jan Bednarek pada menit ke-68. Gol pada menit ke-72 itu jadi koleksi kelima bomber Italia tersebut di Premier League musim ini. ’’Momen sempurna! Bahkan, telinga saya masih berdengung persis setelah gol itu terjadi,’’ kata striker yang sudah lebih dari setahun di Staplewood tersebut sebagaiman­a dikutip situs resmi klub.

Ya, itu kali ketiga Gabbiadini jadi penyelamat Soton di Premier League. Di matchweek kedelapan, dia memboyong dua gol saat menahan Newcastle United 2-2 (15/10). Lalu, di matchweek 28 (24/2), lagi-lagi golnya menyamakan kedudukan saat bertamu ke Burnley 1-1. Nah, di Swansea kemarin, dia membuka peluang Maya Yoshida dkk bertahan di Premier League. Terutama pada persaingan papan bawah dengan The Swans, julukan Swansea (posisi 18) dan Huddersfie­ld (17).

Soton masih di posisi ke-16. Masih ada gap tiga poin dengan Swansea sebagai klub paling berpeluang angkat kaki dari Premier League musim depan. Dilansir BBC Sports, tactician Soton Mark Hughes tak berhenti memuji Gabbiadini.

Dia sengaja memasukkan Gabbiadini sebagai tambahan kekuatan lini depan setelah melihat ada celah dari defense Swansea. Gabbiadini mampu memanfaatk­an bola sempurna shot Charlie Austin.

’’Saya senang dengan reaksinya (Gabbiadini, Red). Padahal, dia tak banyak latihan belakangan ini. Tetapi, ketika berlatih, dia selalu bekerja keras dan itu muncul di sini,’’ puji pelatih yang dua bulan lalu baru diberhenti­kan dari jabatannya sebagai nakhoda Stoke City tersebut. Ironisnya, The Potter, julukan Stoke, sudah lebih dulu terdegrada­si.

Apakah Hughes bisa menyelamat­kan Soton dari ancaman degradasi? ’’Kami harus menuntaska­n tugas ini,’’ ucap pelatih berusia 54 tahun tersebut. Dia ingin spirit yang sama di St Mary’s, kandangnya, Minggu malam WIB (13/5).

Apalagi, yang dihadapi adalah Manchester City, juara Premier League musim ini. ’’Tidak tentang hitungan matematis (lolos atau tidak dari ancaman degradasi, Red), tapi ini lebih pada mimpi kami supaya tetap merasakan Premier League musim depan. Minggu ini milik kami,’’ klaimnya.

Soton sudah lima musim berada di Premier League. Swansea malah lebih lama. Swansea bertahan di kasta tertinggi Liga Inggris itu tujuh musim lamanya. ’’Peluang (bertahan, Red) mereka (Swansea) tak besar. Mereka butuh keajaiban untuk lolos dari degradasi,’’ sebut Hughes saat mengomenta­ri kans Swansea.

Federico Fernandez, center back Swansea, pun mengakuiny­a. Dilansir Wales Online, yang terjadi di Swansea musim ini sudah bisa diprediksi. Apalagi setelah dua kali ganti pelatih. Dari Paul Clement (sampai 20 Desember) ke Carlos Carvalhal (sejak di 28 Desember).

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia