Padukan Ilmu Pengetahuan dengan Seni
Keindahan bunga tak abadi. Bisa layu, busuk, dan mengering. Namun, di tangan Silvia Zulaika, Elizabeth Rachel Soetopo, dan Grace Syariel, keindahan flora Indonesia bisa diawetkan. Goresan warna cat yang diaplikasikan di atas kertas membentuk karya botanical arts.
BULAN ini ada pameran seni botani pertama di Indonesia yang diikuti peserta dari 25 negara, yakni Botanical Art Worldwide. Pameran yang bertajuk Linking People with Plants Through Botanical Arts tersebut diselenggarakan atas kerja sama Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA).
Pameran itu dihelat di Gedung Samida, Kebun Raya Bogor, pada 18–20 Mei 2018. Pameran tersebut menyajikan lebih dari 60 lukisan asli dari 35 seniman Indonesia dan mancanegara dengan subjek flora asli Indonesia. Selain itu, pengunjung bisa menyaksikan kompilasi Botanical Art Worldwide
Kota Pahlawan diwakili Silvia Zulaika, Elizabeth Rachel Soetopo, dan Grace Syariel. Mereka merupakan anggota IDSBA. Komunitas yang mewadahi para seniman dengan expertise di bidang melukis flora Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Jawa Pos melihat persiapan mereka sebelum mengikuti pameran di daerah CitraLand. Lembaran kertas watercolor berbagai ukuran mendisplai pola gambar yang akan dipamerkan. Sebagian yang lain sudah berbentuk file digital. Berbagai peralatan seperti kuas, cat air, tripod, dan bukubuku referensi tentang flora Indonesia menjadi ’’santapan’’ para seniman tersebut.
Komunitas IDSBA lahir pada April 2017. Walau memiliki payung ’’flora Indonesia’,’ anggotanya juga datang dari warga negara asing seperti Malaysia, Hongkong, dan Kanada. ”Mereka warga asing yang menyukai flora Indonesia,” kata Grace. Tentu saja, syarat utama adalah cinta botani sekaligus seni rupa dalam waktu yang bersamaan. Yang membuat penggiatnya rela melakukan apa saja.
Silvia Zulaika, 40, misalnya. Pebisnis sekaligus pelukis cat air itu memang hobi ngluthus ke Kebun Raya Bogor. Tahun ini dia sudah lebih dari tiga kali bolakbalik Surabaya-Bogor untuk bercengkerama dengan flora. Sambil berwisata, Silvia mengamati berbagai jenis bunga. Satu per satu bunga diabsen. ”Mana ya yang belum pernah saya lukis,” katanya.
Tak sekadar memainkan kanvas di atas kertas, para botanical artist dituntut untuk membuat bentuk yang mirip dengan bunga asli. Termasuk detail fisik, ukuran, hingga warna. Karya tersebut menggabungkan antara seni dan sains. Seni botani merupakan perpaduan tak terpisahkan antara sains (kajian botani) dan seni (rupa).
Tentu tak mudah menyajikan suatu karya dengan detail yang amat rumit. Agar bisa menggambar flora, para seniman biasanya menyambangi Kebun Raya Bogor untuk hunting. Cara lain, seniman menggambar melalui foto dengan keterangan detail ukuran setiap bagian bunga.
Tantangannya adalah melukis bunga tentu tak secepat memotret. Di tengah kebun, Si l via dan kawan kawan ditantang untuk membuat sketsa dengan cepat. Musuh mereka adalah nyamuk, serangga, dan waktu. Seniman harus memotret bunga dengan timing yang pas. Misalnya, ketika bunga sedang mekar maksimal .” Kami hanya bisa mengambil dan membawa pulang bung ayang sudah jatuh. Bung ayang masih menempel di batang hanya boleh difoto. Kemudian, dilukis di studio atau rumah,” jelasnya.
Selain itu, tantangan datang dari posisi bunga. Ada beberapa bunga yang hanya tumbuh di pohonpohon tinggi. Kalau sudah begitu, mereka membutuhkan bantuan referensi dari sumber lain sebagai acuan melukis. Misalnya, arsip perpustakaan atau sumber dari internet. Kendala lain, ada kelopak bunga yang berukuran sangat kecil sehingga harus digambar dengan menggunakan bantuan kaca pembesar.
Berbekal foto dan sketsa mentah yang dibuat di kebun, barulah mereka menyempurnakan lukisan dengan menyesuaikan ukuran dan detailnya di studio. Durasi melukis satu kelopak bunga bisa berjam-jam hingga bermingguminggu. ”Bergantung detail dan berapa banyak layer warna yang dibutuhkan,” kata seniman lain Elizabeth Rachel Soetopo.
Elizabeth kemudian menunjukkan salah satu karyanya. Bunga Dryobalanops lanceolata atau disebut juga bunga bersayap merupakan salah satu karya yang dipersiapkan. Bunga yang tumbuh di pohon setinggi 50 meter itu memiliki warna cokelat kuning kemerahan. ”Ini salah satu yang saya lukis dengan trial and error. Karena untuk menyesuaikan warna mirip aslinya, dibutuhkan cat khusus,” terangnya.
Perempuan 29 tahun tersebut baru merasa puas dengan karyanya setelah menggambar lebih dari dua kali. Setelah itu, para seniman juga akan memberikan detail keterangan dimensi lengkap dengan fungsi dan manfaat tanaman tersebut.