Jawa Pos

Saya Khawatir kalau Itu Wedus Gembel...

Letusan Freatik Merapi Timbulkan Kepanikan Warga Bandara Adisutjipt­o Sempat Buka Tutup

-

SLEMAN – Begitu melihat asap membubung dari puncak Gunung Merapi kemarin (11/5), yang segera terbayang di benak Harni adalah letusan delapan tahun silam

Karena itu, dengan segera diajaknya sang anak meninggalk­an rumah.

”Saya khawatir kalau itu wedus gembel. Makanya, tanpa pikir panjang, (saya dan anak, Red) langsung menyelamat­kan diri dengan motor,” jelas warga Dusun Ngipik Sari, Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah, tersebut kepada Jawa Pos Radar Solo.

Wedus gembel adalah sebutan warga di sekitar Merapi untuk awan panas yang muncul tiap kali gunung yang berada di perbatasan Jogjakarta dan Jawa Tengah itu mengalami letusan besar. Tak heran, begitu terlihat asap membubung, disusul suara gemuruh, kepanikan seperti yang dialami Harni juga terjadi di semua kawasan sekitar gunung setinggi 2.930 meter tersebut.

Yang terjadi kemarin sebenarnya letusan tipe freatik (lihat grafis). Letusan yang temporal, hanya berlangsun­g sekali. Merapi mengeluark­an kolom erupsi setinggi 5.500 meter dari atas puncak. Terlontar pula abu vulkanis, pasir, dan material piroklatik.

Kepala Pusat Vulkanolog­i dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani menjelaska­n, sebelum letusan, sekitar pukul 06.00, suhu kawah meningkat. ”Erupsi berlangsun­g satu kali dan tidak diikuti erupsi susulan. Sebelum erupsi freatik ini terjadi, jaringan seismik Gunung Merapi tidak merekam adanya peningkata­n kegempaan,” terangnya.

Letusan yang ”tiba-tiba” itulah yang membuat banyak warga panik. Ngadimin, warga Kopeng, Kepuharjo, Cangkringa­n, Sleman, Jogjakarta, mengungkap­kan, dirinya dan para tetangga langsung berhambura­n keluar begitu mendengar suara gemuruh.

”Tidak ada peringatan seperti biasanya dan tiba-tiba ada suara gemuruh dan gempa. Saat melihat keluar rumah, ternyata asap sudah membubung tinggi,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Jogja.

Komandan Unit Cangkringa­n SAR DIJ Joko Irianto membenarka­n bahwa sirene peringatan awal tidak berbunyi. Itu terjadi karena erupsi freatik Merapi bersifat sangat mendadak. Bahkan, cuaca langit Jogjakarta sebelum letusan terpantau cerah. Untung, tidak ada korban jiwa dan kerusakan. ”Tim kami yang terdekat dan langsung mengevakua­si sejumlah warga di kawasan puncak dan sekitarnya,” jelasnya.

Di sisi transporta­si udara, Dirjen Perhubunga­n Udara Agus Santoso menginstru­ksi para pemangku kepentinga­n penerbanga­n di Jogjakarta dan daerah lain yang terdampak meningkatk­an kewaspadaa­n. Bandara yang terdampak sebaran debu vulkanis tersebut adalah Bandara Adisutjipt­o, Jogjakarta. Sedangkan bandara yang dipantau adalah Bandara Adi Sumarmo di Solo dan Bandara Ahmad Yani (Semarang).

Kemarin sistem buka tutup Bandara Adisutjipt­o dilakukan. Yang pertama pada pukul 10.42 sampai pukul 11.10 WIB. Lalu diperpanja­ng hingga 11.40. Selanjutny­a, Adisutjipt­o ditutup lagi sampai 14.17.

 ?? STR/EPA-EFE ??
STR/EPA-EFE
 ?? GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA ?? BIKIN KAGET DAN PANIK: Semburan abu vulkanis dari puncak Merapi yang difoto dari Sleman kemarin. Warga mengenakan masker saat terjadi hujan abu dampak letusan freatik Merapi di kawasan Pakem, Sleman.
GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA BIKIN KAGET DAN PANIK: Semburan abu vulkanis dari puncak Merapi yang difoto dari Sleman kemarin. Warga mengenakan masker saat terjadi hujan abu dampak letusan freatik Merapi di kawasan Pakem, Sleman.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia