Jawa Pos

Syukron Pilih Ditembak daripada Turuti Teroris

-

SELAIN kesadisan para tahanan dan napi teroris, Bripka Iwan Sarjana mengisahka­n betapa kuatnya Briptu Syukron Fadhli. Demi menolak permintaan informasi yang diinginkan napi teroris, dia rela ditembak

Hal tersebut membuat Iwan kuat menghadapi kondisi itu.

Ketika disandera di Rutan Mako Brimob, Iwan merasa dekat dengan kematian. Saat itu seorang teroris menempelka­n mata pisau ke lehernya. ”Pisau itu sudah di leher ini, tapi saya berusaha kuat,” kenangnya.

Semangatny­a membara saat mendengar celetukan seorang teroris yang sebenarnya berusaha menakutiny­a. Iwan tidak bisa melihat wajah teroris tersebut karena matanya ditutup.

”Yang jelas, dia eksekutor yang menewaskan rekan-rekan saya,” ujarnya dengan suara yang bergetar.

Saat itu teroris tersebut mengatakan bahwa satu rekan Iwan berani bukan kepalang. Yakni, Briptu Syukron. ”Tuh, rekanmu sudah mati. Dia saat dikorek informasin­ya malah bilang, ’Tembak saja saya daripada kelamaan. Saya tidak akan berikan informasi apa pun,’” ucap Iwan, menirukan teroris tersebut.

Setelah itu, teroris tersebut langsung menembak Syukron. Berdasar hasil otopsi, Syukron memang meninggal gara-gara tembakan. Peluru menembus bagian kepala di atas telinga kiri, tembus ke atas telinga kanan. Sangat mungkin Syukron dieksekusi dalam jarak dekat.

Bukannya takut, Iwan malah makin berani. Keberanian dan ketabahan Syukron memberikan inspirasi. ”Betapa beraninya rekan saya ini. Saya kagum dengan adik angkatan saya ini,” terangnya.

Iwan mengatakan memang baru mengenal Syukron. Beberapa minggu. Syukron baru saja menempuh pendidikan. ”Dia benar-benar menunjukka­n kegagahan seorang polisi,” puji Iwan.

Sikap heroik Syukron ternyata bukan tanpa sumber. Dia dididik kakak kandungnya yang merupakan seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Serka Lukman Hakim. Dia berdinas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.

Lukman melatih fisik Syukron. Dia juga menggemble­ng sang adik untuk memiliki rasa nasionalis­me yang tinggi.

Saat dihubungi Jumat (11/5), Lukman menuturkan, Syukron memang bercita-cita menjadi polisi sejak lulus SMA.

”Saya sebagai seorang anggota TNI tentu memberikan pembimbing­an. Saya latih fisiknya dan mentalnya,” tuturnya.

Syukron berlatih keras hingga akhirnya diterima sebagai anggota Polri pada 2017.

”Dia berupaya sekuat-kuatnya untuk bisa melayani masyarakat dengan menjadi anggota Polri,” tegasnya.

Terkait dengan kepahlawan­an Syukron yang memilih gugur ketimbang memberikan informasi kepada teroris, Lukman menuturkan, sebagai keluarga dan anggota TNI, dirinya sangat bangga. ”Semoga ini menjadi baktinya untuk bangsa dan negara. Khususnya untuk Polri. Sehingga bisa lebih waspada,” paparnya.

Bukan hanya itu, Syukron juga merupakan orang yang religius. Paman Syukron, Yayit, menuturkan bahwa keponakann­ya tersebut sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA belajar menekuni Alquran di tempat pembelajar­an Alquran di kampung. ”Rajin ibadah dan mengajari adiknya membaca Alquran,” tutur Yayit.

Selamat jalan, Syukron ....

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia