Keiko Mengaku Di-Back Up Oknum
SURABAYA – Pemeriksaan Yunita alias Keiko terus memunculkan hal baru. Salah satunya, penyedia jasa esek-esek itu mengaku memiliki kenalan dari anggota intelijen dan kepolisian yang mem-back up bisnis lendirnya.
Hal tersebut diungkapkan Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim AKBP Harissandi saat ditanya tentang pemeriksaan terhadap Keiko kemarin (12/5). Dia menyebut ada orang yang mengaku sebagai anggota intelijen dan kepolisian yang menyokong tersangka. Menurut Harissandi, keterangan itu hanya klaim belaka. Namun, untuk memastikannya, dia tengah mencari orang yang mencatut nama institusi tersebut. ’’Dia (Keiko, Red) punya teman, ngakunya dari intelijen. Lalu, ada juga ngakunya dari polisi, itu masih kami cari,’’ ujarnya.
Menurut dia, sejauh ini belum ada orang yang mengaku dari instansi tersebut datang dan meminta bantuan ke Polda Jatim terkait kasus yang tengah menjerat Keiko. ’’Kami tegak lurus saja,’’ katanya
Sementara itu, Tim Cyber Crime Investigation Center (CCIC) Polda Jatim sedang memburu penghubung Keiko dengan para mucikari. Penghubung itu merupakan atasan dari para mucikari yang memasok PSK (pekerja seks komersial) asal Surabaya kepada Keiko. Profil PSK yang dipekerjakan adalah lady escort dari sejumlah tempat hiburan malam di Kota Pahlawan.
Harissandi mengatakan, para pelanggan Keiko rata-rata kalangan menengah ke atas. Ada yang pengusaha. Ada juga yang mahasiswa. Dengan segmen tersebut, Keiko menggunakan jalur promosi yang lebih private. Yakni, lewat aplikasi WhatsApp.
Meski begitu, anak buah Keiko beberapa kali mencari pelanggan ke beberapa grup tertutup di Facebook. Langkah itu dilakukan sebagai pancingan. Begitu ada pelanggan, para mucikari tetap mengarahkan negosiasi dan transaksi kepada Keiko. ’’Tersangka tahu bahwa kalangan menengah ke atas bisa malu kalau terpublikasi. Makanya pakai WhatsApp,’’ jelas Harissandi.
Polisi dengan dua melati di pundak itu menyebutkan bahwa mayoritas PSK yang bernilai tinggi berasal dari Jakarta. Berdasar hasil pemeriksaan, PSK tersebut tinggal di sebuah apartemen yang disewa seharga Rp 10 juta per bulan. Mereka bergantian saat melayani pelanggan. Dalam seminggu, mereka biasa menerima pesanan tiga hingga empat kali. Tarifnya Rp 10 juta–Rp 15 juta sekali kencan. ’’Makanya bisa hidup mewah,’’ ungkapnya.
Anak buah Keiko biasanya dirotasi secara teratur. Harissandi menjelaskan, Keiko punya sistem manajemen tersendiri untuk bisnisnya. Manajemen itu digunakan agar seluruh anak buahnya mendapat jatah rata dalam seminggu. Tujuannya, mengontrol kecemburuan sosial antarmucikari dan PSK. ’’Biar loyal anak buahnya,’’ ucap mantan Wakapolres Kediri Kota itu.
Keiko juga menerapkan sistem lukir. Para PSK tersebut bisa melayani pelanggan dari mana saja. Jadi, tidak bergantung pada lokasi pemesanan. Misalnya, ada pesanan dari Malang. Keiko belum tentu menggunakan jasa mucikari dan PSK yang berdomisili di Malang. ’’Bisa dipesankan dari Jakarta atau Bandung,’’ papar Harissandi.
Konsekuensinya dibebankan ke pelanggan. Para pria hidung belang itu harus menanggung biaya akomodasi para PSK. Mulai biaya transportasi pp (pergi pulang) hingga hotel. ’’Biasanya sih pesan PSK cuma Rp 15 juta. Faktanya, pelanggan bisa habis Rp 20 juta,’’ tururnya.