Jawa Pos

TNI-POLRI SIAPKAN OPERASI BESAR-BESARAN

Bekuk Sel-Sel Teroris JAD-JAT Tiga Serangan Bom Surabaya Tewaskan 14 Orang

-

SURABAYA – Kepercayaa­n rakyat kepada negara sedang dipertaruh­kan. Tiga serangan bom di Surabaya kemarin (13/5) membuat publik ragu akan keandalan pemerintah menjaga keselamata­n rakyatnya. Publik menuntut pemerintah menindak keras sel-sel teroris.

’’Negara tidak boleh kalah oleh ulah orang-orang yang mengatasna­makan jihad, tapi menodai makna jihad itu sendiri,’’ tegas Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini

Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD mengungkap­kan hal senada. Dia mengingatk­an bahwa republik ini didirikan untuk menumpas segala tindakan anti kemanusiaa­n dan anti keadilan. ”Terorisme itu tindakan keji. Kami mendukung penindakan sel-sel yang mulai tumbuh,” paparnya.

Tiga gereja menjadi sasaran pengeboman di Surabaya sekitar pukul 07.30 kemarin. Yaitu, Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Sebanyak 14 orang meninggal dan 43 lainnya mengalami luka serius. Surabaya yang selama ini dikenal damai terhenyak oleh serangan teroris kali pertama tersebut.

Pelaku tindakan keji itu adalah pasangan suami istri Dita Oepiarto, 47, dan Puji Kuswati, 43. Mereka mengajak serta empat anaknya, Yusuf Fadhil, 18; Firman Halim, 16; Fadhila Sari, 12; dan Famela Rtizqita, 9.

Presiden Jokowi mengecam tindakan teror di Surabaya. Dia meminta masyarakat tetap tenang dan waspada. RI-1 sudah memerintah Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan tersebut.

”Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab,” kecamnya.

Yang paling disesalkan Jokowi adalah para pelaku memanfaatk­an anak-anak mereka. ”Anak yang tidak berdosa digunakan pelaku bom bunuh diri,” ucapnya.

Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Dita memang sungguh biadab. Sebelum melakukan aksi kejinya, Dita mengajak keluargany­a melakukan salat subuh berjamaah di musola Al Ikhlas yang ada di dekat rumah mereka di kawasan Rungkut, Surabaya.

Saat matahari sudah terbit, Dita mengantark­an istri dan dua anak perempuann­ya yang masih kecil ke Jl. Diponegoro. Bersiap melakukan pengeboman di Gereja Kristen Indonesia.

Selanjutny­a, Dita mengemudik­an mobilnya menuju kawasan Jl. Arjuna, lokasi Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Dua putra Dita, Yusuf dan Firman, melakukan pengeboman di Gereja Santa Maria Tak Bercela dengan menggunaka­n sepeda motor.

Dari keterangan polisi, Puji dan dua putrinya menggunaka­n bom sabuk saat mengebom Gereja Kristen Indonesia. Yusuf dan Firman menggunaka­n bom pangku. Sedangkan Dita mele- dakkan bom dengan menabrakka­n mobilnya ke gereka di Jl Arjuna.

Melihat kasus itu, Jokowi menekankan bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaa­n. Tak ada kaitannya sama sekali dengan ajaran agama. ”Tak ada kata yang bisa menggambar­kan betapa dalam rasa dukacita kita semua atas jatuhnya korban,” katanya.

Mantan wali kota Solo itu memastikan seluruh biaya perawatan untuk penyembuha­n para korban bakal ditanggung pemerintah. ”Negara menjamin semuanya,” tegas Jokowi.

Agar kejadian serupa tak terulang, Jokowi meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengusut tuntas kasus tersebut. Dia ingin jaringan teroris yang didalangi JAD (Jamaah Ansharut Daulah) itu dibongkar dan diberangus hingga ke akar-akarnya.

”Seluruh aparat negara tidak akan membiarkan tindakan pengecut semacam ini,” tandasnya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta dukungan presiden untuk bisa melakukan tindakan tegas. Dia menyebutka­n, serangan di Surabaya kemarin dilakukan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Mereka merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia.

”Kami sudah melapor kepada bapak presiden bahwa Polri, TNI, dan BIN ini bergerak dan kami akan merapatkan barisan,” kata Tito saat meninjau lokasi ledakan di Surabaya kemarin.

”Ke depan saya meminta bapak panglima TNI. Beliau nanti mengirim kekuatan untuk melakukan operasi bersama,” lanjutnya.

Dalam operasi bersama itu, Tito menegaskan akan menangkap kelompok-kelompok dan sel-sel JAD-JAT. Juga, mereka yang diduga akan melakukan aksi. Operasi itu tidak akan mudah karena kelompok-kelompok teroris tersebut juga terlatih. Karena itu, dibutuhkan backup TNI. ”Mereka mengerti cara menghindar­i deteksi intelijen,” ucap Tito.

Dita yang kemarin mengajak anak istrinya melakukan pengeboman beberapa waktu lalu pulang dari Syria. Kondisi itu memunculka­n kekhawatir­an tersendiri. Dita dan keluargany­a yang terlihat biasa-biasa saja seperti warga kebanyakan malah menjadi pelaku bom bunuh diri.

Di Indonesia cukup banyak orang yang baru pulang dari Syria untuk berjihad. Total ada 1.100 warga negara Indonesia yang pergi ke Syria. Sekitar 500 orang masih berada di Syria, sedangkan sekitar 500 lainnya dideportas­i kembali ke Indonesia. ”Ini menjadi tantangan kami. Karena mindset mereka masih mindset ideologi ISIS,” ungkap Tito.

Dia berharap revisi UndangUnda­ng Antiterori­sme segera tuntas. Sudah setahun, tetapi pembahasan tak kunjung selesai. Padahal, dengan UU yang ada saat ini, yaitu UU No 15 Tahun 2003, penegak hukum sulit menindak jaringan-jaringan teroris. Kecuali, mereka sudah melakukan penyeranga­n.

”UU kita Nomor 15 Tahun 2003 ini sangat responsif sekali. Jadi, kita bisa bertindak kalau seandainya mereka melakukan aksi atau sudah jelas ada barang buktinya. Kita ingin agar lebih dari itu. Salah satunya, negara atau pemerintah, institusi pemerintah, atau institusi hukum, misalnya pengadilan, menetapkan misalnya JAD-JAT sebagai organisasi teroris,” paparnya.

Tito menyatakan, revisi UU Antiterori­sme dibutuhkan agar negara memiliki power lebih kuat untuk menangani ancaman. Orang-orang yang kembali dari Syria sama sekali tidak bisa diproses kalau mereka tidak melakukan pelanggara­n. Misalnya, pemalsuan dokumen keimigrasi­an. Paling-paling polisi hanya bisa melakukan penahanan untuk interview selama tujuh hari. Setelah itu dilepas.

”Setelah dilepas, kami monitor, mereka juga menghindar. Itu persoalann­ya. Jadi, sekali lagi, kami harapkan UU Antiterori­sme ini cepat direvisi. Bila perlu kalau seandainya terlalu lama, kami memohon kepada Bapak Presiden untuk membuat perppu,” kata mantan kepala Badan Nasional Penanggula­ngan Terorisme itu.

Di sisi lain, Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) juga menilai usul perppu UU Terorisme belum perlu dilakukan. Pasalnya, pembahasan revisi UU Terorisme sudah memasuki tahap akhir.

”DPR sebenarnya 99 persen siap ketuk palu sebelum reses lalu, namun pemerintah belum siap,” kata Bamsoet saat dihubungi.

Menurut mantan ketua komisi III itu, pemerintah meminta penundaan karena belum sepakat dengan pasal definisi terorisme. Bamsoet meyakini, begitu definisi terorisme disepakati, RUU Antiterori­sme bisa segera diketok. ”Jika pemerintah sudah sepakat tentang definisi terorisme, RUU Antiterori­sme bisa dituntaska­n pada masa sidang mendatang,” ujarnya.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? KECAM AKSI BIADAB: Presiden Joko Widodo didampingi panglima TNI dan Kapolri memberikan keterangan pers di Surabaya kemarin. Dia berjanji mengerahka­n Polri dan TNI untuk memberanta­s teroris sampai ke akar-akarnya.
DIPTA WAHYU/JAWA POS KECAM AKSI BIADAB: Presiden Joko Widodo didampingi panglima TNI dan Kapolri memberikan keterangan pers di Surabaya kemarin. Dia berjanji mengerahka­n Polri dan TNI untuk memberanta­s teroris sampai ke akar-akarnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia