Jawa Pos

Aktivitas Bisnis Jalan Terus

Teror Tak Ganggu Ekonomi Surabaya

-

SURABAYA – Aksi teror di Surabaya diprediksi tidak akan terlalu berpengaru­h terhadap dunia usaha. Kota yang berdiri di atas fondasi perdaganga­n dan jasa yang kukuh tersebut tetap melaju dengan kekuatan ekonomi dan sosial yang dinamis.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Timur Mufti Anam mengatakan, dunia usaha tidak perlu takut terhadap teror. ”Kita yakin negara bisa memberanta­s segala bentuk terorisme,” ujarnya kemarin.

Menurut dia, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk menunjukka­n sikap tak gentar pada aksi terorisme. ”Para pelaku usaha adalah pejuang-pejuang ekonomi yang secara profesiona­l mencintai tanah air dengan membuka seluas mungkin lapangan pekerjaan, membayar pajak, dan memberi nilai tambah perekonomi­an,” ujar Anam.

Dia mengatakan, keamanan memang merupakan variabel pembentuk iklim investasi di sebuah daerah. Namun, dia optimistis aparat berwenang bisa segera memulihkan situasi.

Anam juga yakin, dunia usaha tidak akan terpengaru­h dengan aksi terorisme.

Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur Tjahjono Haryono menambahka­n, pelaku usaha tidak perlu takut terhadap ancaman teroris, tetapi yang tetap harus waspada. ”Pelaku usaha kuliner akan tetap buka seperti biasa. Tidak ada yang tutup,” tuturnya.

Senior Director PT Ciputra Developmen­t Tbk Sutoto Yakobus mengakui bahwa teror seperti kemarin belum pernah terjadi di Surabaya. Namun, pihaknya meyakini bahwa dunia usaha, termasuk properti, tidak akan terganggu dengan peristiwa tersebut. ”Kami percaya akan keandalan aparat keamanan dalam meng-handle masalah ini,” tandasnya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, dampak aksi teror tidak akan berlangsun­g lama. ”Surabaya terkenal dengan keberanian­nya. Masyarakat tidak akan trauma terlalu lama sehingga ekonomi akan kembali berjalan normal,” ujarnya.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengimbau seluruh pelaku pasar

untuk tetap tenang dan beraktivit­as secara normal. Investor sebaiknya tidak bereaksi berlebihan dan tetap optimistis terhadap stabilitas keamanan nasional. Tito pun yakin, teror bom Surabaya kali ini tidak akan berpengaru­h besar terhadap aktivitas di pasar modal.

Pengalaman pada teror bom Thamrin 14 Januari 2016, teror bom tidak berpengaru­h besar terhadap kegiatan di pasar modal. Pada saat terjadi teror, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 1,72 persen ke level 4.459,32. Namun, koreksi tersebut hanya reaksi sesaat atau bersifat sementara. Sebab, pada penutupan perdaganga­n sesi II pada hari yang sama, IHSG hanya ditutup melemah tipis 0,53 persen dan keesokan harinya justru menguat 0,24 persen. ”Investor di pasar modal tidak terpengaru­h oleh gerakan teror yang terjadi,” lanjut Tito.

Ekonom Insitute for Developmen­t of Economics and Finance (Indef ) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebutka­n, dampak yang ditimbulka­n ke kepercayaa­n investor amat kecil. Bhima memberikan contoh saat tragedi Mako Brimob dikuasai napi teroris beberapa waktu lalu. Fenomena tersebut terbukti hampir tidak berdampak ke sentimen pasar. ”IHSG pada 9 Mei ditutup naik 2,31 persen dan 11 Mei naik 0,83 persen,” tambahnya.

Bhima menegaskan, prospek bisnis di Surabaya masih cerah dengan tingkat populasi kelas menengah yang semakin besar. ”Pengembang­an kawasan industri di sekitar Surabaya juga bagus. Dampak dari teror hari hari Minggu ini (kemarin, Red) kecil sekali. Pelaku usaha saya kira sangat rasional melihat prospek jangka panjang,” ujarnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia