Jawa Pos

Puas Kalahkan Cedera di Rinjani

- Sri Wahyuni, Dulu Sprinter Kini Ultra-Trail Runner

Pada 2004, Sri Wahyuni membela Jatim pada PON XVI di Palembang. Saat itu dia adalah atlet lari 400 meter. Sekarang namanya kerap dipanggil naik podium berbagai event ultra-trail run di tanah air. Tahun ini dia mengejar gelar Grand Master Asia.

RACE terakhir yang dilakoni Sri Wahyuni adalah Rinjani Ultra 100 pada 4–6 Mei lalu. Saat itu dia meraih posisi keempat dalam kategori 60K. Perempuan asal Surabaya tersebut juga menjadi salah satu pemecah rekor dalam kategori itu.

Rekor sebelumnya pada 2017 atas nama Eni Rosita asal Indonesia. Dia memiliki catatan waktu 19 jam 44 detik. Sri memang tidak menjadi juara pertama. Tapi, catatan waktunya lebih baik, yaitu 18 jam 30 menit. Pemenang kategori 60K adalah Foo Kam Miew asal Malaysia dengan waktu 17 jam 32 menit 2 detik.

”(Awalnya, Red) Lari karena ingin kurus,” kata Sri, lantas tertawa. ”Dulu begitu berhenti jadi atlet, berat badan naik. Nggak tahu kenapa sekarang malah lari

ultramarat­hon. Dulu lihat orang lari jauh itu rasanya aneh,” ungkapnya.

Itu memang bukan race Rinjani pertama bagi perempuan kelahiran Surabaya, 6 Februari 1986, tersebut. Pada 2017, dia mengikuti kategori 27K dan berhasil menjuarai race itu dalam waktu 5 jam 6 menit 1 detik.

Hasil tersebut sekaligus memecahkan rekor sebelumnya atas nama Amanda Edyawan pada 2016 dengan waktu 7 jam 24 menit 33 detik. Nah, sampai 2018 ini, nama Sri Wahyuni masih kukuh sebagai pemilik rekor tersebut.

Meski pada Rinjani Ultra 100 dia tidak meraih podium, ada kebanggan tersendiri bagi Sri. Bagaimana tidak, Sri menjalani race dalam kondisi cedera cukup parah. Dia mengalami cedera sejak mengikuti Tambora Challenge Lintas Sumbawa 320K pada 4–7 April 2018.

Artinya, Sri hanya memiliki waktu kurang dari sebulan untuk masa pemulihan. ”Saya menang atas rasa sakit saya. Saya menang atas medan yang saya tempuh. Jadi, lucu kalau orang ada yang bilang gagal. Padahal, ini kemenangan yang membuat kebanggan tersendiri dalam karir saya sebagai pelari trail,” imbuh ibu satu anak tersebut.

Sri jatuh pertama pada KM 228. Saat itu suhu mencapai 48 derajat Celsius. Kemudian, dia jatuh kali kedua saat turunan tajam pada KM 256. Akibat kejadian tersebut, setengah tubuhnya terluka. Mulai daerah lutut, bagian kanan, hingga pinggang.

Selain itu, tubuhnya membengkak karena otot-otonya robek. Oleh tim medis, dia tidak boleh melanjutka­n race. Tapi, dia memaksa menyelesai­kan race yang ”tinggal” 60 km lagi dengan berjalan. ”Posisi pinggul saya udah

nggak seimbang. Jadi, bagian kanan ini sudah naik. Setiap berusaha lari badan rasanya kayak mau dipangkas,” ungkap Sri seraya menunjukka­n bagian tubuhnya yang cedera.

Setelah dari Tambora, dia langsung menjalani fisioterap­i. Sebab, Sri harus mengikuti race Rinjani Ultra 100. Sulit bagi Sri untuk memutuskan ikut atau tidak. Dalam satu sisi, tubuhnya cedera, di sisi lain dia memiliki tanggung jawab untuk bisa menyelesai­kan race karena tanggung jawab kepada sponsor.

”Ada ketakutan tersendiri. Dengan segala capaian yang sudah saya miliki,

nggak finis itu bisa jadi bumerang. Tapi, nggak ada orang yang mau berada di titik terendah. Akhirnya saya ikhlas. Saya berangkat untuk menyelesai­kan apa yang sudah dipercayak­an kepada saya. Apa pun hasilnya nanti,” kata alumnus Universita­s Negeri Surabaya itu.

Saat race, baru berjalan 4 km, Sri harus menggunaka­n tracking pole. Padahal, saat latihan dia tidak pernah menyentuh benda tersebut. Di setiap

water station dia membawa empat obat pain killer. Kakinya hampir dipenuhi taping. Itulah yang dia lakukan demi bisa menyelesai­kan race.

Tahun depan Sri bertekad bisa mengulang race itu lagi. Dia ingin mengembali­kan rekor untuk Indonesia. Sebab, dua tahun berturut-turut rekor kategori 60K dipegang pelari dari Indonesia. Pada 2016 oleh Shindy Patricia dan 2017 oleh Eni Rosita.

”Belum ingin ke 100 km dulu. Saya ingin memberikan yang terbaik buat Indonesia. Saya akan merebut rekor itu kembali,” tandasnya. (gil/c2/tom)

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ??
ANGGER BONDAN/JAWA POS
 ?? SRI WAHYUNI FOR JAWA POS ?? FIGHTER: Sri Wahyuni berlatih di kawasan hutan mangrove, Wonorejo, Surabaya (9/5). Foto kanan, saat berlari di kawasan Kalimati Gunung Semeru.
SRI WAHYUNI FOR JAWA POS FIGHTER: Sri Wahyuni berlatih di kawasan hutan mangrove, Wonorejo, Surabaya (9/5). Foto kanan, saat berlari di kawasan Kalimati Gunung Semeru.
 ??  ?? CAPAIAN: Sri Wahyuni berpose di depan poster dirinya sebagai pemegang rekor Rinjani 100 Ultra kategori 27K.
CAPAIAN: Sri Wahyuni berpose di depan poster dirinya sebagai pemegang rekor Rinjani 100 Ultra kategori 27K.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia