Terinspirasi Masa Kecil sang Ayah di Kupang
Pemenang Grand Prize Kompetisi Vignette Film Pendek Asian Games 2018
Tiga mahasiswa Universitas Bina Nusantara tidak menyangka buah karya mereka mampu menyabet gelar juara Kompetisi Vignette Film Pendek Asian Games 2018. Euforia Asian Games pada 1962 yang hanya bisa dinikmati melalui sebuah radio oleh warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjadi tema film animasi berdurasi 30 detik itu.
AGAS PUTRA HARTANTO, Jakarta
MEREKA adalah Diandra Pramestisari Pololessy, Obelia Simone, dan Sufyan Tsaurie. Ketiganya merupakan mahasiswa semester 7 Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Raut wajah mereka tampak semringah ketika dipanggil ke atas panggung Cendrawasih Room, Jakarta Convention Center, Sabtu (12/5).
Diandra tidak menyangka film tersebut mampu menjadi yang terbaik. Sebab, karya timnya itu merupakan satu-satunya film bergenre animasi di antara 12 film nominasi terbaik lainnya. Perempuan 21 tahun itu mengungkapkan, ide cerita berasal dari kisah dan pengalaman masa kecil ayahnya merasakan gegap gempita perhelatan Asian Games pada 1962.
”Saya pikir tahun 1960-an itu sudah pakai TV. Eh, bapak malah bilang mana ada zaman segitu di desanya. Saat itu masih radio dan yang punya hanya orangorang tertentu. Soalnya mahal banget harganya,” katanya. Bisa dibayangkan, warga satu desa berbondong-bondong berkumpul di satu tempat sekadar untuk mengetahui kabar perjuangan atlet-atlet Indonesia berlomba di kancah Asia. Singkat cerita, seorang anak kecil dengan membawa bola terlihat antusias berada di barisan terdepan gerombolan warga yang berkerumun mengitari radio di balai desa. Ketika penyiar radio mengumumkan pergelaran multievent se-Asia itu dimulai, wajah bocah tersebut lantas semringah sambil melemparkan bola kumalnya ke atas.
Kini, bocah laki-laki Kupang tersebut sudah menua. Untuk kali kedua, dia menyaksikan Asian Games 2018 bersama anak-cucunya. Melalui TV berwarna tentunya.
Berangkat dari cerita itu, tiga anak muda kreatif tersebut mulai menggarap film. Membutuhkan sekitar satu bulan untuk mereka merampungkan karya animasi itu. Meski, ketiganya sedang menjalani magang.
”Sebelum kami magang, untungnya masih sempat diskusi beberapa kali untuk menyusun storyboard. Biar ada pakemnya dan tetap searah meski kami terpisah,” jelas Diandra.
Sufyan yang menjadi satu-satunya personel pria bertugas sebagai penyelaras akhir animasi. Obelia yang menggambar karakter dan Diandra yang membuat set background serta detail-detail film. Koordinasi terjalin baik di antara mereka, meski melalui dunia maya.
Alhasil, kerja keras, usaha, dan ketekunan tiga anak muda tersebut berbuah manis. Gelar pemenang sukses direngkuh. Hadiah pergi belajar pembuatan film di National Film and Television School di London, Inggris, gratis diberikan panitia penyelenggara Asian Games (Inasgoc) kepada mereka.
”Pemenang akan mendapat pengalaman berharga dengan berkolaborasi dengan seluruh broadcaster dunia yang akan bekerja sama menayangkan Asian Games 2018,” terang Ketua Inasgoc Erick Thohir. Film pendek Iseng-Iseng, lanjut dia, akan dipromosikan tidak hanya di Indonesia dan Asia, bahkan dunia, selama Asian Games mendatang.