Jawa Pos

Dosa Kita Apa?

-

TIDAK seperti biasanya. Kali ini Rensi Dewi Bulan mengikuti misa pagi jam kedua di GKI Diponegoro. Misa dimulai pukul 08.00. Setengah jam sebelumnya, manajer PT Jawa Pos Koran itu sudah tiba bersama dua buah hatinya, Gabriella, 12, dan Michael, 9. Sebelum masuk gereja, mereka membeli jajanan yang dijual di area depan kiri gereja. ”Ini kali pertama misa jam 08.00, sebelumnya selalu ikut yang jam 10.00,” katanya.

Saat hendak membayar, Rensi mendengar ledakan. Dia mengira itu bunyi ban bocor. Meski logikanya tak menerima hal itu karena suara yang terdengar teramat keras. Karena ingin tahu, anak keduanya berjalan menuju sumbersuar­a.Barubebera­palangkah,ledakan kedua terdengar. Disusul ledakan ketiga.

Orang-orang di sekitar berteriak boommm. Kepanikan terjadi. Semua jemaat yang ada di luar diminta masuk ke area gereja. Di dalam gereja, jemaat sibuk menghubung­i keluarga masing-masing. Mengabarka­n keadaan mereka.

Penatua dan pendeta memutuskan bahwa misa tetap dilaksanak­an. Hanya diundur 15 menit dari jadwal. Jemaat setuju. Namun, polisi yang datang tak sampai 10 menit setelah ledakan ketiga meminta mereka meninggalk­an gereja dengan alasan keamanan. Rensi dan anaknya serta ratusan jemaat lain pun beriringan keluar. Di halaman gereja, dia melihat tiga jasad yang mengenakan baju hitam tergeletak berjajar. ”Polisi bilang hayo, jangan dilihat, nanti nggak bisa tidur,” cerita Rensi.

Rensi bergegas membawa kedua anaknya yang tak berhenti menangis ketakutan itu ke dalam mobil. Di sela isaknya, si bungsu bertanya kepada Rensi, ”Mama, mereka ngebom kita. Dosa kita apa, Ma.”

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia