Pola Asuh Metode tanpa Batas
Untuk Difabel C, Setiap Tahap Harus Berurutan
SURABAYA – Banyak orang tua yang bingung dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus (ABK) atau penyandang disabilitas C (cerebral). Kini ada metode tanpa batas yang bisa mereka terapkan. Metode tersebut digunakan untuk menemukan cara yang tepat dalam mengasuh anak penyandang disabilitas C.
Ika Meigawati, swimming coach penyandang disabilitas C, menyatakan bahwa anak-anak penyandang disabilitas C (cerebral) biasanya memiliki kelemahan di seluruh bagian tubuh. Misalnya, sulit berjalan sendiri. Karena itu, renang menjadi salah satu terapi yang tepat untuk anak penyan_ dang disabilitas C. Sebab, tekanan di dalam air bisa membantu meringankan beban tubuh. ’’Anak usia satu tahun bisa dilatih berenang,’’ katanya.
Renang bermanfaat untuk perkembangan sensoris motorik otot penyandang disabilitas C. Terapi itu pun sudah terbukti. Ika menyatakan, sekitar 80–85 persen anak dengan down syndrome bisa berkarya di bidang olahraga atau bidang lain. ’’Kalau untuk penyandang disabilitas C, masalahnya di mental dan berenang sangat efektif sebagai terapi,’’ ujarnya.
Selain terapi renang, pola asuh orang tua di rumah sangat penting. Ika menuturkan, selama ini banyak orang tua yang tidak mampu memahami kebutuhan anak. Salah satu yang bisa diterapkan orang tua adalah pola asuh dengan metode tanpa batas. Tujuannya, orang tua memperhatikan anaknya agar bisa berkembang lagi. ’’Metode ini saya temukan berdasar penelitian sejak 2010 hingga sekarang,’’ ungkapnya.
Yang pertama adalah time management. Ika menjelaskan, setiap orang tua wajib mencatat apa saja yang sudah dilakukan terhadap anaknya setiap hari. Setiap tindakan tentu menimbulkan reaksi. Semua sebab dan akibat tersebut dicatat di buku harian. ’’Misalnya, hari ini memberi makan sayur, reaksinya seperti apa. Semua dicatat sebagai evaluasi,’’ papar dosen STIE Indonesia European University (IEU) Surabaya itu.
Kemudian, log in analysis. Orang tua mulai menganalisis setiap peristiwa yang terjadi pada anak. Tahap selanjutnya adalah trial and error. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap anak terus dievaluasi hingga menemukan formula yang tepat. ’’Orang tua tidak boleh lelah melakukan inovasi baru dalam pola asuh anak,’’ tuturnya.
Tahap keempat, lanjut dia, adalah color skim (pencocokan warna). Setiap anak dibiarkan untuk memilih warna sendiri. Pilihan warna-warna ceria tersebut disesuaikan dengan keinginan sang anak. Kemudian, family game, story telling, fisikly activity (diskusi), rewarding competition, dan short work communication. ’’Orang tua harus mengarahkan mereka dengan kata-kata pendek dan tidak berulang,’’ jelasnya.
Ika menjelaskan, orang tua sebaiknya menghindari kata ’’iya’’ kepada anak. Namun, mereka harus bisa menggunakan kata ’’tidak’’ ketika memberikan arahan kepada anak. Sebab, untuk anak berkebutuhan khusus, kata ’’iya’’ akan digunakan secara berulang. ’’Setiap tahap metode tersebut harus dilakukan secara berurutan. Tidak boleh melompat-lompat. Jika terlewat, harus diulang dari awal,’’ jelasnya.(ayu/c15/dio)