STRATEGI MARET NYONYA TUA
ROMA – Gennaro Gattuso masih aktif bermain. Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, Massimo Oddo, dan Alessandro Nesta yang kemarin WIB (14/5) dipinang klub Serie B Perugia juga belum berstatus allenatore.
Kolaborasi mereka pada musim 2010–2011 membuahkan scudetto bagi AC Milan.
Ada apa dengan Milan dan musim tersebut? Ya, itu adalah musim terakhir Serie A sebelum Juventus membuat boring kompetisi kasta teratas Italia tersebut. Sejak 2011–2012 hingga musim ini (2017–2018), Juve seolah-olah tak tertandingi dalam perebutan scudetto.
Pertanyaan yang sama pun terulang. Siapa yang bisa menghentikan dominasi Juve? Setelah La Vecchia Signora alias Nyonya Tua memenangi empat edisi terakhir Coppa Italia, ditambah dukungan finansial yang melimpah, para pesaingnya sekadar debu yang beterbangan. Seperti Thanos yang cukup menjentikkan jarinya untuk melenyapkan satu per satu superhero Avengers.
Sempat muncul asa ketika Napoli menduduki capolista selama 22 giornata. Tapi, Partenopei kehilangan konsistensi dalam sepuluh pekan terakhir. CEO Juve Beppe Marotta mengakui, scudetto musim ini atau kali ke-34 adalah yang tersulit dalam tujuh musim terakhir.
’’Musim ini, target objektif kami adalah di Eropa (memenangi Liga Champions setelah kalah di final musim lalu, Red). Dan, ketika rencana tidak berhasil, kami tidak boleh gagal di ajang lainnya,” tuturnya kepada Rai Sport.
Setelah kalah oleh Real Madrid di 16 besar Liga Champions (12/4), Gianluigi Buffon bek Juventus
dkk memang bisa memberikan 100 persen kekuatannya di Serie A. Namun, allenatore Juve Massimiliano Allegri menyebutkan bahwa momentum Juve justru muncul sebulan sebelumnya (12/3). Yakni, ketika Nyonya Tua akhirnya bisa merasakan capolista pada giornata ke-27 setelah mengalahkan Udinese 2-0.
’’Maret adalah periode penting. Jika kami mencapai target pada bulan itu, target kami di akhir musim bisa ditentukan,” jelas pelatih yang kemarin menyatakan siap bertahan bersama Juve tersebut kepada Tuttosport. Sejak Natal sampai meraih capolista itu, Juve memang tidak terkalahkan dalam 14 pertandingan (13 di antaranya menang).
Bek Juve Giorgio Chiellini punya ’’teori” lain tentang kesuksesan timnya. Yakni, tidak kehilangan antusiasme juara. ”Kami mungkin kehilangan (naluri) membunuh (tim lawan), (bermain) jelek, (memiliki skuad yang) tua, atau apalah, tetapi kami masih bisa juara. Kami melakukan sesuatu yang luarbiasa(musimini),”ucapnyasebagaimana dilansir Mediaset Premium.
Kami mungkin kehilangan (naluri) membunuh (tim lawan), (bermain) jelek, (memiliki skuad yang) tua, atau apalah, tetapi kami masih bisa juara. Kami melakukan sesuatu yang luar biasa (musim ini).’’
GIORGIO CHIELLINI