Jawa Pos

Goodbye Carras, Goodbye Generasi Terbaik

- Wartawan Jawa Pos NARENDRA PRASETYA UTOMO WIJOYO

SAH. Generasi terbaik terakhir yang dimiliki Manchester United pun tak lagi bersisa. Class of 2008, begitulah generasi terbaik United setelah Class of 1992 itu disebut. Generasi yang kali terakhir membawa pulang Si Kuping Lebar –sebutan trofi Liga Champions– ke Old Trafford pada 2008. Generasi yang belum bisa dibangun kembali setelah kepergian Sir Alex Ferguson 2013 silam.

Carras jadi The Last M-A-N, tiga huruf yang dipakai Jose Mourinho saat memuji kematangan Carrick Minggu malam WIB (13/5). Carrick juga menutupnya dengan indah. Dengan passing jarak jauh khasnya, dia memberi bola ke Juan Mata sebelum Marcus Rashford mencetak gol yang memenangka­n United atas Watford.

’’Saya tak akan bisa terus bertahan lebih dari 12 musim di United, terima kasih,’’ begitulah yang dikatakan gelandang 36 tahun tersebut dikutip Mirror. Carrick menyudahi musim terbaiknya bersama The Red Devils dengan 18 trofi juara di semua ajang dalam 316 laga dan mencetak 17 gol.

Kepergian Carrick yang musim ini jadi salah satu tangan kanan Mourinho di United tentu sangat dirindukan. Kiprahnya selama berkostum merah United disebut salah seorang kolumnis sepak bola di The Guardian Michael Cox sebagai pemain United yang paling underrated.

Dia tak banyak dipuja-puja seperti Edwin van der Sar. Carrick pun sepanjang main di United belum pernah digoda dengan uang besar seperti halnya Cristiano Ronaldo yang loyalitasn­ya luluh dengan godaan GBP 80 juta (Rp 1,5 triliun) dari Real Madrid di musim panas 2009.

Musim lalu saat masih ada Wayne Rooney yang juga sama-sama jebolannya Class of 2008, Carrick pun berharga tak lebih dari seperempat gaji Rooney. Per pekan, Rooney bisa mengantong­i gaji GBP 260 ribu (Rp 4,93 miliar). Bandingkan dengan besar ”penghormat­an” United ke Carrick, hanya GBP 80 ribu (Rp 1,5 miliar). Njomplang kan?

Padahal, banyak mulut pelatih atau sesama pemain top Eropa yang memuja-muja gelandang alumnus Chadwell Heath –kamp latihan West Ham– itu. Bahkan, pujian tersebut datang dari Pep Guardiola yang pada musim 2009 menggagalk­an mimpi Carrick dan The Red Devils juara back-to-back Liga Champions.

Pep yang musim ini berhasil mengantark­an Manchester City yang notebene rival sekota United jadi kampiun Premier League menyejajar­kan nama Carrick dengan barisan gelandang bertahan terbaik miliknya. Baik semasa dia menukangi Barca maupun saat berdiri di Saebener Strasse, kamp latihan Bayern Muenchen.

’’Kalau di Bayern, dia bisa selevel dengan Xabi Alonso. Di Barca, kemampuann­ya sudah selevel Sergio Busquets. Dia (Carrick, Red) salah seorang holding midfielder terbaik dunia yang pernah saya saksikan sepanjang karir saya,’’ ungkap Pep yang di City memiliki sosok Fernandinh­o sebagai holding midfielder terbaiknya dikutip Football 365.

Apa spesialnya Carrick? Meski gelandang, dia bukan tipikal gelandang-gelandang Inggris. Hadirnya Carrick bak memutus kerinduan fans sepak bola Inggris dengan Patrick Vieira dan Roy Keane, dua ”penjahat” tangguh di lini tengah.

Carrick bukan tipe penekel keras atau pemain box-to-box. ’’Sebelum orang-orang tergila-gila pada Xavi Hernandez, Carrick berupaya mengubah persepsi perannya,’’ tulis ESPN dalam salah satu artikelnya.

Carrick itu tipikal passer terbaik. Dia mampu mem-passing bola sejauh 50 yard ke sayap seperti gaya United yang kerap main melebar.

Di masa jayanya, Carrick masih mampu menjaga stabilitas dari membantu aliran-aliran bola ke depan dan kembali ke posisi aslinya. Bahkan, di timnas Inggris sudah lama tak pernah ada gelandang bertahan sepertinya. ’’Dia memberikan keseimbang­an, dia di dalam bertahan pun brilian,’’ sebut Xavi.

Mourinho masih berusaha mengulang kejituan Fergie menemukan bakat Carrick. Dia masih berharap kepada Scott McTominay, gelandang yang baru di eranya naik pangkat ke senior. ’’Begitu Anda temukan satu sepertinya (Carrick, Red), jagalah, dia bernilai besar,’’ ungkap The Special One dikutip Manchester Evening News. Goodbye, Carras.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia