Jawa Pos

Melepas Sahabat Sejati

-

SURABAYA – Elina tidak menyangka bakal kehilangan sahabat sejati. Sri Puji Astutik turut menjadi korban bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuno Minggu (13/5). Pagi itu warga Jalan Petemon Gang 2 Nomor 97/A tersebut berangkat bersama menuju gereja. Elina dan Sri tinggal serumah. ’’Sudah 30 tahun bersahabat,’’ ujar perempuan 65 tahun itu saat ditemui di Rumah Duka Adi Jasa kemarin (14/5).

Elina sudah menganggap Sri seperti saudara. Banyak kenangan yang mereka lalui bersama. Baik dalam kondisi susah maupun senang. ’’Kalau sakit ya dia yang merawat. Gantian,’’ katanya

Bagi Elina, kepergian Sri menyisakan duka yang mendalam. Sebab, hanya Sri yang selama ini menemaniny­a di rumah. Keduanya merasa bernasib sama. Tidak memiliki suami dan anak.

Elina bercerita, sebelum bom meledak, dirinya pergi ke belakang gereja. Mencari teman untuk mengobrol. Proses peribadata­n belum dimulai. Sri berada di teras. ’’Tiba-tiba mendengar ledakan keras dari depan,’’ ungkapnya.

Mendengar suara ledakan, Elina langsung menuju ke depan gereja. Berharap sahabatnya masih selamat. Namun, asap tebal menyelimut­i seluruh gereja. Dia tidak berani mendekat. Elina baru tahu Sri meninggal setelah polisi melakukan identifika­si. ’’Dia orang baik. Baik sekali,’’ ucapnya.

Menurut Elina, Sri termasuk orang yang suka menolong. Bukan hanya kepada dia. Sifat ringan tangan Sri juga dirasakan orang lain. Sebelum tinggal bersama Elina, Sri pernah ngontrak rumah di daerah Wonorejo. Yuli Astutik, tetangga Sri di Wonorejo, mengaku ikut kehilangan sosok yang selama ini dikenal ringan tangan itu.

Yuli menyatakan, Sri tinggal di Wonorejo sekitar 1970-an. Saat itu dia masih duduk di bangku SD. ’’Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sedang susah. Mbak Sri sering ngasih makanan,’’ ucap perempuan 43 tahun tersebut.

Yuli tidak menyangka dua bulan lalu merupakan pertemuan terakhirny­a dengan perempuan yang sudah dianggap sebagai ibu sendiri itu. Tepat pada 11 Maret, Yuli bertemu Sri di depan GPPS. ’’Tidak sengaja lewat, mau ke PGS (Pusat Grosir Surabaya),’’ jelasnya.

Yuli baru tahu Sri meninggal setelah membaca surat kabar Senin pagi. Begitu tahu Sri meninggal, Yuli mencari informasi keberadaan jenazahnya. ’’Ternyata sudah di sini,’’ katanya, lalu terisak. Menurut rencana, jenazah Sri disemayamk­an di Solo hari ini. Berdekatan dengan makam ayah, ibu, dan kakaknya.

Di Adi Jasa juga disemayamk­an kakak beradik Vincentius Evan dan Nathanael Ethan. Mereka adalah korban bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Para pelayat maupun keluarga bergantian mendoakan di depan peti jenazah Evan dan Nathan. Mereka memberikan ucapan belasungka­wa ke keluarga korban. Edward Hudoyo, paman korban, belum bisa memberikan banyak komentar. Keluarga sedang berduka. ’’Ini papanya masih ngurusin tanah untuk pemakaman,’’ ujarnya.

Lelaki yang akrab disapa Erik itu mengatakan bahwa Evan merupakan anak kesayangan omanya. ’’Oma paling sedih dan merasa kehilangan,’’ ungkapnya.

Hingga kemarin, pihak keluarga belum memberikan kabar ke Weni Anggraeni, ibu Evan dan Nathan. Sebab, dia masih dirawat di RS Bedah, Manyar. ”Yang dia (Weni, Red) tahu kan yang meninggal cuma Evan,’’ kata Erik.

Evan meninggal di depan mata ibunya, sedangkan Nathan menderita luka serius saat dibawa ke RS Bedah. Tim dokter memutuskan mengamputa­si Nathan. ’’Tapi, kondisinya drop (meninggal, Red). Ibunya belum tahu,’’ jelasnya.

Pihak keluarga belum berani menceritak­an kabar meninggaln­ya Nathan. Weni masih menjalani perawatan. Dia mengalami luka di kedua lengan dan paha. ’’Nanti pasti disampaika­n, menunggu waktu yang tepat,’’ tutur Erik.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? TERISAK: Yuli Astutik melayat korban bom GPPS, Sri Puji Astutik, di Rumah Duka Adi Jasa kemarin (14/5).
DIPTA WAHYU/JAWA POS TERISAK: Yuli Astutik melayat korban bom GPPS, Sri Puji Astutik, di Rumah Duka Adi Jasa kemarin (14/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia