Rumah Hampir Ambruk
Karena Dampak Proyek Boezem
SURABAYA – Proyek pembangunan boezem di Manukan Tirto, Tandes, berbuntut masalah. Sebanyak 13 rumah warga terdampak proyek tersebut. Satu di antaranya rusak parah. Ketinggian rumah turun 2 meter dan seluruh bangunan nyaris roboh.
Rumah yang nyaris roboh itu milik Sri Utami. Saat Jawa Pos berkunjung ke kediamannya kemarin siang (14/5), Sri masih berada di dalam rumah, bersama suami dan dua anaknya. Padahal, atap rumahnya nyaris ambruk. ”Kami nggak bisa pindah. Mau pindah ke mana?” ucap Sri.
Menurut perempuan 49 tahun itu, kejadian bermula pada 2 Februari lalu. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP) membawa alat berat ke samping rumahnya, sebuah lahan kosong seluas 1,1 hektare dengan status bekas tanah kas desa (BTKD).
Hari pertama pengerukan, getaran begitu terasa. Membuat dinding dan kaca rumah Sri bergetar. Semakin lama satu unit backhoe mengeruk tanah, semakin terasa getaran tersebut. Hal itu semakin membuat retakan di seluruh sudut rumah. Jarak antara proyek pengerjaan itu dan rumah Sri berkisar 5 meter. Hanya dipisahkan jalan setapak.
Hari kedua pengerjaan, getaran semakin terasa. Langit-langit dan tembok rumah mulai retak. Sri dan warga terdampak lain kemudian melaporkan hal tersebut kepada lurah dan camat setempat. ”Nah, hari ketiga, rumah mulai ambles dan bengkok,” paparnya.
Saat petaka itu terjadi, Sri tidur siang. Suami dan anak-anaknya beraktivitas di luar. Untung, hanya bagian belakang rumahnya yang roboh. Sedangkan bagian tengah tempat Sri beristirahat hanya retak. Retakan-retakan pada tembok tersebut menyerupai garis yang membelah rumahnya.
Ketua RT 7 Mudjiono menyatakan sudah melaporkan hal tersebut kepada lurah dan camat. Namun, pihaknya belum mendapat respons terkait dengan ganti rugi yang nanti disalurkan. Padahal, ketinggian sejumlah rumah warga terus menurun karena terdampak proyek itu. Yang terparah adalah kediaman Sri. ”Saya khawatir sama seluruh warga saya,” terangnya.
Mudjiono menambahkan, sejak hari pertama pengerjaan proyek, warga belum menerima surat pemberitahuan dari DPUBMP. ”Tahu-tahu sudah bawa alat berat dan mulai mengerjakan proyek,” terangnya.
Surat pemberitahuan baru datang sebulan kemudian. Tepatnya 29 April lalu. Dalam surat itu dijelaskan, pemkot tengah melaksanakan program penanganan banjir dan akan membangun boezem di sekitar rumah warga.