Gereja Upayakan Trauma Healing
Tegaskan Kegiatan Ibadah Tetap Normal
SURABAYA – Setelah menjadi lokasi peledakan bom bunuh diri oleh sekelompok teroris, pihak tiga gereja tak lantas menghalangi kegiatan ibadah. Mereka meminta jemaat lebih waspada, namun tidak meninggalkan kegiatan di gereja. Tiga pemuka gereja itu pun bersamasama mengupayakan proses penyembuhan trauma (trauma healing) bagi warga gerejanya.
Penyembuhan trauma tersebut diperlukan, khususnya bagi anakanak. Misalnya, yang dituturkan Pdt Sutrisno dari GKI Diponegoro. Pendeta yang juga menjabat sekretaris umum GKI Sinode Wilayah Jatim itu menyatakan bahwa sebagian anak menjadi ’’korban’.’ Bukan secara fisik, namun secara psikis setelah melihat peristiwa ledakan tersebut.
Menurut Sutrisno, kejadian itu berlangsung sebelum ibadah untuk anak-anak dimulai pukul 08.00. Tentu banyak anak yang berkumpul di sana. Ketika mereka diamankan pengajar dan jemaat dewasa keluar dari kompleks gereja, anak-anak itu sempat melihat tubuh pelaku di pelataran parkir.
’’Ya sempat takut,’’ ungkap Sutrisno. Untuk mengalihkan perhatian, Sutrisno berujar, anak-anak tersebut sementara diamankan di pusat perbelanjaan sekitar gereja.
Anak-anak itulah yang menurut dia paling membutuhkan penyembuhan trauma. ’’Kami berusaha adakan trauma healing
dengan pihak luar supaya anakanak tersebut merasa aman ketika datang kembali ke gereja,’’ jelasnya. Bila perlu, pihak gereja juga akan melibatkan jemaat yang mampu untuk trauma healing
itu. ’’Kami juga kerja sama dengan gereja lain,’’ imbuhnya.
Di samping itu, Sutrisno meminta warga jemaatnya untuk tidak mudah menyebarkan informasi tidak pasti di media sosial. ’’Kan ada grup-grup
WhatsApp, sudah diimbau untuk tidak sebar-sebar foto, video, karena itu justru akan menambah ketakutan,’’ tegasnya.
Hal serupa dilakukan Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Ngagel. Romo Paroki SMTB Alexius
Kurdo Irianto menyebutkan, saat ini gereja tengah membentuk tim khusus untuk penyembuhan trauma jemaat. Namun, dia memastikan bahwa aktivitas gereja berjalan seperti biasa. ’’Kami aktivitas saja seperti biasa, besok Minggu tetap ada misa, setiap hari juga ada,’’ jelasnya kemarin.
Sementara itu, petugas administrasi GPPS Arjuno sendiri kemarin tampak kembali beraktivitas seperti biasa. Namun, aktivitas gereja masih sepi karena masuk hari kerja. Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS) yang berada satu kompleks dengan gereja juga ramai. Namun, tidak ada aktivitas belajar-mengajar seperti biasa. ’’Hari ini (kemarin, Red) diliburkan,’’ ujar salah seorang mahasiswa.
Pdt Jonathan Bintoro dari GPPS menyatakanharapannyaagarjemaat tak terpengaruh insiden Minggu pagi (13/5) itu.