Jawa Pos

Baru Berhasil di Usaha Pendakian Kelima

-

Mendaki puncak Gunung Everest sudah menjadi mimpi Xia Boyu. Usaha pertamanya gagal dan mengakibat­kan dua kakinya diamputasi. Tapi, dia tak menyerah. Xia berhasil di pendakian kelima.

’’MENDAKI puncak Gunung Everest adalah mimpi saya.’’ Kalimat itu meluncur dari mulut Xia Boyu saat ditanya soal kekukuhann­ya mendaki ke puncak tertinggi di dunia itu. Lelaki 69 tahun tersebut memang bukan pendaki biasa. Dua kakinya diamputasi hingga di atas lutut. Xia mendaki dengan menggunaka­n kaki palsu.

Senin (14/5) dia sukses menunaikan mimpinya. Xia berdiri di puncak Everest pukul 07.30 waktu setempat. Dia menjadi orang kedua yang berhasil mendaki gunung yang memiliki ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut itu dengan menggunaka­n kaki palsu.

Pada 2006, Mark Inglis yang dua kakinya juga diamputasi berhasil sampai duluan. Warga Selandia Baru itu mendaki dari sisi Tibet, sedangkan Xia dari sisi Nepal.

Usaha Xia diawali pada 1975 saat berumur 43 tahun. Saat sudah dekat dengan puncak, tiba-tiba saja badai datang. Posisi Xia dan rekannya saat itu sudah berada di ketinggian di atas 8 ribu meter. Area itu disebut sebagai zona kematian. Karena badai, selama tiga hari mereka tak bisa ke mana-mana.

Salah seorang rekannya jatuh sakit. Xia memberikan sleeping bag miliknya agar kawannya tersebut selamat. Saat ditemukan tim penyelamat, mereka berada dalam kondisi hidup dan mati.

Nyawa Xia memang selamat, tapi kakinya tidak. Suhu yang sangat rendah membuat kakinya terkena radang dingin atau frostbite. Jaringan dua kakinya mati dan harus diamputasi.

Keinginan untuk mendaki sempat terpendam. Terlebih, Xia sempat sakit. Dia berjuang mengatasi penyakit limfoma atau kanker darah yang dideritany­a.

Pada 1996, kakinya harus kembali diamputasi hingga di atas lutut. Begitu kondisinya mulai sehat, keinginan Xia untuk menginjakk­an kaki di puncak Everest kembali muncul.

Dia akhirnya mendaki lagi pada 2014, 2015, dan 2016. Bagi dia, pendakian itu bukan hanya soal mimpi, melainkan juga tantangan untuk dirinya sendiri.

’’Saya melatih kekuatan setiap pagi pukul 05.00,’’ ujar warga Tiongkok tersebut seperti dilansir The Telegraph. Menu latihannya adalah 360 kali push-up, 240 kali sit-up, dan 1.500 kali squat (jongkok-berdiri) dengan membawa beban 10 kilogram.

Tapi, Xia selalu gagal mendaki. Cuaca buruk selalu menjadi penghalang niatnya. Pada pendakian 2016, Xia sudah berada sekitar 94 meter dari puncak Everest. Area yang selalu ingin didatangi itu bisa dilihatnya, tapi tak bisa dicapainya. Mereka harus kembali turun karena cuaca tak memungkink­an.

Aturan yang diterbitka­n pemerintah Nepal sempat membuat harapan Xia pupus. Desember tahun lalu pemerintah Nepal mengeluark­an aturan bahwa pendaki buta dan orang dengan dua kaki diamputasi tidak boleh naik ke puncak demi keselamata­n. Tapi, awal tahun ini pengadilan mencabut larangan tersebut karena dianggap diskrimina­tif.

Keputusan itu tak disia-siakan. Xia akhirnya kembali mengajukan izin pendakian. Mantan tim pendaki nasional Tiongkok itu menggunaka­n kaki prostetik untuk olahraga dalam pendakian tersebut.

’’Setelah lebih dari 40 tahun, Xia Boyu akhirnya memenangi pertarunga­n untuk bisa sampai ke puncak Everest,’’ ujar salah seorang Sherpa, sebutan pemandu di Gunung Everest, yang menemani Xia.

 ?? BBC ?? PUNCAK PRESTASI: Xia Boyu dipotret pada 4 April. Dia berhasil mencapai impian mendakinya.
BBC PUNCAK PRESTASI: Xia Boyu dipotret pada 4 April. Dia berhasil mencapai impian mendakinya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia