Jawa Pos

Hilang Kabar setelah Pamit ke Pasar Loak

-

SIDOARJO – Nuchin tidak akan pernah lagi pergi ke Pasar Loak di Jalan Dupak, Surabaya. Sebab, lakilaki 56 tahun itu telah dijemput sang pencipta saat perjalanan menuju Pasar Loak pada Minggu (13/5). Nuchin terkena ledakan bom ketika melintas di depan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS).

”Saya tidak menyangka suami saya menjadi korban ledakan bom,” kata Jayati, istri Nuchin, ketika ditemui di rumah duka Tropodo, Waru, Sidoarjo, kemarin (14/5). Apalagi, ledakan bom tersebut terjadi di gereja. Nuchin pun tidak mungkin pergi ke gereja karena merupakan seorang muslim.

Jayati menyatakan, seperti kebiasaan sebelum-sebelumnya, Minggu pagi (13/5) itu Nuchin pamit untuk pergi ke Pasar Loak. Bapak tiga anak tersebut berniat mencari lampu. Nuchin berangkat pagi hari naik sepeda motor. Biasanya, kalau berangkat pagi, pukul 11.00 Nuchin sudah sampai rumah. Paling lambat, dia sampai sekitar pukul 12.00-an.

Tetapi, Minggu pagi itu, Nuchin tak kunjung pulang. Ditunggu sampai pukul 14.00, pria yang bekerja di pabrik Amanda Brownies bagian packaging tersebut juga tidak menunjukka­n batang hidungnya. Jayati dan keluargany­a pun kalut. Apalagi, yang bersangkut­an tak bisa dihubungi.

Sudah begitu, banyak berita tentang serangan bom di Surabaya. Dua di antaranya gereja di Jalan Diponegoro dan Arjuno yang merupakan jalan pergi sekaligus pulang Nuchin jika ke Pasar Loak. ”Saya pun pergi ke Surabaya untuk mencari kabar. Saya sempat tanya-tanya polisi dan disarankan ke Polrestabe­s Surabaya,” ungkap Jayati.

Perempuan 46 tahun itu tidak langsung pergi ke Polrestabe­s Surabaya. Sebaliknya, dia memilih balik kanan. Jayati memilih datang ke Polda Jawa Timur. ”Saya lalu ke rumah sakit Bhayangkar­a dan pergi ke kamar mayat,” ujarnya. Maksud hati tentu saja mencari kejelasan keberadaan suaminya. Tetapi, hasilnya nihil. ”Di sana (kamar mayat, Red) saya bertemu dokter, kemudian dimintai keterangan dan nomor telepon,” jelasnya.

Jayati pulang dengan hati cemas. Sebab, dia tidak bertemu suaminya. Ditambah lagi, orang-orang di rumah juga mengabarka­n bahwa Nuchin belum pulang. Meski tidak yakin suaminya menjadi salah satu korban ledakan bom, Jayati terus mengikuti kabar tentang ledakan bom itu. Terutama daftar nama korban.

Dia juga menunggu teleponnya berdering. Dia berharap ada panggilan dari dokter yang meminta nomor teleponnya. Telepon yang ditunggu tersebut datang pada Senin siang (14/5). ”Saya dimintai keterangan tentang ciri-ciri suami saya,” ucapnya.

Beberapa waktu kemudian, teleponnya kembali berdering. Dia dan keluarga diminta datang ke RS Bhayangkar­a Polda Jatim. Sebab, Nuchin dipastikan menjadi salah satu korban tewas dalam ledakan bom di GPPS Jalan Arjuno. ”Hati ini rasanya remuk. Shock,” katanya, kemudian terisak.

Jenazah Nuchin telah dimakamkan pada Senin malam (14/5). Dia dikebumika­n di makam yang berada tepat di depan rumahnya. Kemarin (15/5) pelayat berdatanga­n ke rumah Nuchin. Salah satunya, Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin. Selain menyampaik­an belasungka­wa, Nur Ahmad memberikan santunan dan menggelar doa bersama jajaran Forkopimka Waru di kediaman Nuchin.

 ?? MIFTAHUL FAHAMSYAH/JAWA POS ?? EMPATI: Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin (kiri) saat mengunjung­i keluarga Nuchin di Tropodo, Waru, Sidoarjo.
MIFTAHUL FAHAMSYAH/JAWA POS EMPATI: Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin (kiri) saat mengunjung­i keluarga Nuchin di Tropodo, Waru, Sidoarjo.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia