AKTIFKAN LAGI KOOPSSUSGAB TNI
Polri Libatkan Kopassus dalam Operasi Penangkapan Mapolda Riau Diserang Teroris Berpedang, Seorang Polisi Gugur
JAKARTA – Aksi teror yang terus berlangsung membuat pemerintah terus mencari cara untuk menyelesaikannya. Salah satu opsi yang saat ini diambil ialah mengaktifkan lagi Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI yang diperbantukan ke Polri
J
Kemarin pagi (16/5), Mapolda Riau diserang lima orang teroris. Menyusul serangkaian di Surabaya pada Minggu dan Senin lalu yang menewaskan puluhan orang. Peristiwa di Riau menyebabkan seorang polisi gugur dan empat teroris tewas.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI Purnawirawan Moeldoko menyampaikan, rencana pembentukan kembali Koopssusgab sudah mendapat lampu hijau. ”Sudah direstui presiden dan diresmikan kembali oleh panglima TNI,” ujarnya di Istana Negara, Jakarta, kemarin (16/5).
Untuk diketahui, Koopssusgab merupakan pasukan TNI yang bertugas sebagai antiteror. Komando tersebut berasal dari pasukan khusus yang dimiliki tiga matra TNI. Yakni Sat-81 Gultor Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD, Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI-AL, dan Satbravo 90 Komando Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU. Dibentuk pada 2015, Koopssusgab sempat nonaktif di era Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo.
Dengan diterjunkannya pasukan khusus yang terlatih, Moeldoko berharap upaya pemberantasan terorisme bisa lebih efektif. ”Pasukan itu dipersiapkan dengan baik. Secara infrastruktur, secara kapasitas, mereka setiap saat bisa digerakkan ke penjuru mana pun,” imbuhnya.
Terkait teknis kerjanya agar tidak berbenturan dengan Densus 88 Antiteror Polri, Moeldoko enggan membeberkan. Pasalnya, hal itu merupakan persoalan teknis yang berkaitan dengan strategi aparat dan prajurit. Dia menyebutkan, pelibatan TNI sangat diperlukan bila skala teror sudah pada tingkat menengah dan tinggi.
”Kalau spektrumnya sudah menuju medium sampai high intensity, ya di situlah kira-kira pelibatannya,” tambah dia. Moeldoko menilai kondisi aktivitas teroris yang akhir-akhir ini terjadi di Surabaya, Sidoarjo, dan Riau sudah termasuk dalam kategori medium.
Lantas, apa dasar hukum pengaktifan Koopssusgab? Mantan panglima TNI itu menyebutkan, pembentukan Koopssusgab tidak memerlukan dasar hukum. ”Bahasanya, saat ini terjadi situasi darurat bahwa itu adalah hukum alam, hukum aksi dan reaksi. Begitu teroris melakukan aksi, kita beri aksi,” jelasnya.
Atas dasar itu, Moeldoko meminta masyarakat tidak terlalu panik dengan rangkaian teror yang berlangsung belakangan. Sebab, pemerintah tengah mengerahkan seluruh upaya demi terciptanya stabilitas nasional.
Menyangkut hal teknis dan taktis, Menko Polhukam Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto juga enggan membeberkan secara detail. Saat ditanya soal Koopssusgab yang diaktifkan lagi oleh pemerintah, dia menyampaikan bahwa itu termasuk hal teknis. ”Nggak bisa dijelaskan. Teknis kok dijelaskan kepada publik,” tuturnya. Menurut dia, tidak semua strategi penanggulangan terorisme bisa dibeberkan kepada masyarakat luas.
Sementara itu, Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menerangkan, setelah insiden kericuhan yang berlanjut penyanderaan di Mako Brimob Depok, Jawa Barat, TNI sudah terlibat dalam sejumlah operasi penangkapan terduga teroris yang dilakukan Densus 88. ”Kami sudah bekerja sama dengan Kopassus. Penangkapan-penangkapan ini sudah melibatkan Kopassus,” ungkapnya kepada awak media kemarin.
Dari aspek lain, Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan bahwa Kemendikbud punya program penguatan pendidikan karakter (PPK) untuk menghindarkan anak-anak dari pengaruh buruk seperti radikalisme dan terorisme. Tapi, program yang tertuang dalam peraturan presiden itu baru terbit tahun lalu. ”Kan sekarang baru jalan. Perpresnya baru 2017, belum satu tahun. Ini sedang dibenahi semua,” katanya kemarin.
Muhadjir menuturkan bahwa anak yang ikut serta dalam aksi bom bunuh diri harus diposisikan sebagai korban. Bukan sebagai pelaku. Sebab, mereka mendapat pengaruh dari orang tua masingmasing. ”Didoktrinasi dari ortu kemudian mereka yang jadi korban dari kelakuan tidak baik ortunya. Karena itulah, kita tidak menempatkan dia (anak-anak) sebagai pelaku,” jelasnya.
Sementara itu, teroris yang menyerang Mapolda Riau kemarin (16/5) menggunakan senjata tajam. Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menjelaskan, serangan terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu beberapa personel Polda Riau menyiapkan agenda ekspose pengungkapan kasus narkotika yang rencananya disampaikan langsung oleh Kapolda Riau Irjen Pol Nandang.
”Ada sebuah mobil yang menerobos ke Mapolda Riau,” kata Setyo di Kantor Divisi Humas Polri, Jakarta, kemarin.
Berdasar data yang dikantongi polisi, mobil yang digunakan lima terduga teroris itu bernomor polisi BM 1192 RQ. Ketika hendak masuk kompleks Mapolda Riau, laju mobil mereka dihadang seorang petugas. Empat di antara lima terduga teroris itu pun keluar dari mobil.
”Kemudian menyerang anggota (Polda Riau) dengan menggunakan senjata tajam,” imbuhnya.
Akibatnya, Kompol Faridz menderita luka bacok. Merespons serangan tersebut, sejumlah anggota Polda Riau mengambil tindakan tegas. Mereka menembaki empat terduga teroris itu. ”Akhirnya empat orang tewas,” imbuhnya.
Melihat empat rekannya terkapar dalam kondisi tidak bernyawa, satu orang terduga teroris yang masih berada di dalam mobil berusaha melarikan diri. Dia tancap gas sampai menabrak salah seorang anggota Polda Riau. ”Yang akhirnya gugur,” imbuh Setyo. Anggota Polda Riau itu adalah Ipda Auzar. Dia meninggal sekitar pukul 10.00 saat mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Riau.
Teroris yang melarikan diri tersebut cukup lama dikejar. Lewat tengah hari, baru dia diamankan. ”Sudah ditangkap,” ujar Setyo.
Di dalam mobil teroris, polisi tidak menemukan bahan peledak. Hanya ada 3 katana (pedang panjang), 5 penutup wajah, 3 pasang sepatu, 1 handy cam, jaket, sarung tangan, dan ikat kepala.
Berdasar hasil identifikasi, empat terduga teroris yang tewas ditembak berasal dari Dumai. Mereka adalah Mursalim alias Ical alias Pak Ngah, Suwardi, Adi Sufyan, serta Daud. Identitas satu terduga teroris lain yang masih hidup belum diungkap. ”Itu masih pendalaman,” ucap Setyo.
Menurut data dan informasi yang didapat petugas, lima terduga teroris tersebut bergerak dalam satu kelompok. Yakni, Negara Islam Indonesia (NII). Serupa dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok itu sudah berafiliasi dengan ISIS. Setyo menyebutkan, lima orang tersebut masih berkaitan dengan dua terduga teroris yang ditangkap di Sumatera Selatan (Sumsel). ”Ini yang ke Pekanbaru melakukan penyerangan,” imbuhnya.