Jawa Pos

Pulang setelah Dianggap Meninggal

28 Tahun Tak Pulang dari Arab Saudi

-

JEMBER – Jumanti Kiptiyah Bin Bejo, 71, kembali pulang. Padahal, sudah 28 tahun warga Dusun Sawahan, Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, tersebut berangkat bekerja di Riyadh, Arab Saudi.

Awalnya, Kiptiyah sempat berkirim kabar kepada keluarga lewat surat. Dia juga sempat beberapa kali menulis surat dan hanya sekali mengirim wesel Rp 1 juta.

Namun, hal itu tak dilakukan lagi mulai tahun kedua dia bekerja atau 1991. Selasa malam (15/4), Kiptiyah akhirnya bisa mendarat di Bandara Blimbingsa­ri, Banyuwangi.

Sebelum tiba di Bandara Blimbingsa­ri, Kiptiyah sempat bermalam di Jakarta. Saat tiba di Banyuwangi, dia dijemput tiga anak dan seorang menantunya dengan mobil.

Kepulangan Kiptiyah juga didampingi Chairil, kepala seksi Arab Saudi Kemenlu; Panji, koordinato­r Badan Nasional Penempatan dan Perlindung­an Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Serang dan Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindung­an TKI (P4TKI) Banyuwangi; serta Ferdinan, koordinato­r BNP2TKI Serang.

Suasana haru mewarnai penjemputa­n Kiptiyah. Rindu berbaur hujan tangis. Kiptiyah memeluk erat anak-anaknya.

Saking lamanya berpisah, Syaiful Hadi, anak pertama Kiptiyah, sempat lupa wajah ibunya. Demikian pula Kiptiyah yang sempat lupa dengan Syaiful.

Padahal, beberapa minggu terakhir, mereka sering kontak lewat video call. ’’Beda jauh dengan dulu waktu berangkat,’’ ungkap Syaiful.

Kali pertama memeluk Syaiful, Kiptiyah memanggil anaknya itu dengan sebutan kakak. Kiptiyah dan Syaiful sempat terlihat kikuk.

Baru setelah dijelaskan, Kiptiyah akhirnya paham bahwa yang baru dipeluknya itu adalah anak pertamanya. Dia juga sempat pangling dengan anak keduanya, Umi Lutfa, 45. Dia memanggil anaknya itu dengan sebutan mbakyu.

Kiptiyah benar-benar tak bisa mengenali anak keduanya itu pada awal perjumpaan­nya. Tangis pun kembali tumpah. Syaiful mengungkap­kan, pertemuan kembali dengan ibunya benarbenar bagaikan mimpi. Apalagi, dia sempat mengira ibunya sudah meninggal di Saudi.

’’Terima kasih ya Allah. Saya kira ibu sudah meninggal. Alhamdulil­lah, saya bersyukur ibu bisa kembali dan bertemu dengan kami,’’ ujar Syaiful yang menjemput ibunya di Blimbingsa­ri bersama dua adik perempuann­ya.

Dia mengungkap­kan, saat ibunya berangkat ke Saudi sebagai TKI, dirinya sedang berdinas. Ketika itu belum ada cuti sehingga dia tak bisa melepas keberangka­tan ibunya.

Karena lama tak bisa berkomunik­asi, anak-anaknya menganggap ibunya sudah meninggal. ’’Kami sempat menyimpulk­an ibu sudah meninggal di Saudi tempat bekerja,’’ lanjutnya.

Bahkan, kata Syaiful, sebelum ayahnya meninggal, keluarga sempat mengadakan selamatan untuk Kiptiyah. Keluarga berkirim doa untuk Kiptiyah yang dianggap sudah meninggal itu. ’’Kami sempat tahlilan,’’ terang Syaiful di samping ibunya kemarin.

Kiptiyah kini dibawa ke rumah Syaiful di Dusun Krajan RT 001/ RW 002, Desa/Kecamatan Tempurejo. Keluarga sepakat akan merawat Kiptiyah di sana.

Kisah ketemunya Kiptiyah tersebut sebenarnya tak sengaja. Ketika itu, ada TKI asal Madura yang bertemu dengan Kiptiyah di rumah majikannya yang sedang mempunyai hajat.

Setelah saling kenal, mereka saling cerita. Kiptiyah pun menceritak­an kisah dan asal muasal dirinya.

Dari situlah akhirnya teman Kiptiyah itu berusaha mempertemu­kan Kiptiyah dengan keluargany­a. Lewat media sosial, dia berusaha mengabarka­n Kiptiyah ke di tanah air.

 ?? JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER ??
JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER
 ??  ?? SEPERTI MIMPI: Foto Kiptiyah ketika berangkat (atas). Syaiful Hadi dan Umi Lutfa, anak pertama dan keduanya.
SEPERTI MIMPI: Foto Kiptiyah ketika berangkat (atas). Syaiful Hadi dan Umi Lutfa, anak pertama dan keduanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia