Kalau Ada Pesanan Mendadak, Tukar Sif Kerja
Menggambar wajah bukan hanya di kertas atau dilukis pada kanvas, tapi bisa juga memakai media lain. Itulah yang dilakukan Saiful Pribadi.
SAIFUL Pribadi membawa beberapa barang berbentuk persegi panjang yang dibungkus kertas karton. Barang tersebut merupakan sketsa wajah dari kayu hasil kerajinannya saat ditemui di salah satu tempat di wilayah Kecamatan Watulimo kemarin.
Ternyata, warga Desa Nglebo, Kecamatan Watulimo, itu sedang mengantarkan pesanan. Dengan begitu, ketika bertemu sang pemesan, dia berdiskusi mengenai hasil kerajinannya tersebut. ’’Mungkin di sini (Trenggalek, Red) hanya saya yang membuat kerajinan seperti itu. Makanya banyak pesanan,’’ ujar Saiful.
Pria yang akrab disapa Iful tersebut telah menekuni kerajinan itu sejak 2011. Kala itu, ketika libur kerja, dia men- dapatkan hadiah sketsa wajahnya dari sang adik. Setelah menerima hadiah tersebut, ketika berjalan ke belakang rumah, dia melihat tumpukan papan kayu. Dari situ, sepintas timbul keinginan untuk membuat sketsa wajah dari papan kayu itu.
’’Karena keinginan tersebut, saya langsung membuat pola wajah saya pada papan kayu itu dan langsung menggergajinya,’’ katanya.
Namun, karena belum memiliki pengalaman dalam hal membuat kerajinan dari kayu, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Sebab, ada beberapa bagian wajah yang aneh dan perlu penyempurnaan.
Kendati demikian, hal tersebut tidak membuatnya menyerah. Iful justru semakin termotivasi untuk belajar. Semula, proses belajar membuat kerajinan itu dilakukan dengan melihat tutorial dari internet.
Dari situ, diketahui bahwa kerajinan tersebut belum banyak yang menekuni. Sebab, hanya ada tutorial dari negara Barat di internet.
Setelah melihat hal itu, Iful langsung mempraktikannya hingga berhasil membuat sketsa wajah mirip foto aslinya dan langsung memasarkannya. Pemasaran dilakukan lewat penawaran dari teman maupun kerabat terdekat. Tidak ketinggalan juga melalui media sosial (medsos) miliknya.
Gayung pun bersambut. Setelah pemasaran tersebut, banyak orang maupun instansi –baik pemerintah maupun swasta– yang memesan kerajinannya itu. ’’Khusus instansi, biasanya memesan sebagai cenderamata atas kunjungan pejabat tertentu maupun ketika ada pergantian pimpinan sebagai kenang-kenangan,’’ imbuh bapak dua anak tersebut.
Bersamaan dengan itu, pesanan kerajinan tersebut terus menghampirinya. Dia pun harus membagi jadwal dengan pekerjaannya sebagai perawat di klinik kesehatan.
Dari situ, ketika ada pesanan mendadak dan harus diselesaikan, dia langsung berkoordinasi dengan rekan kerjanya agar bisa masuk malam. Tujuannya, saat pagi dia bisa menyelesaikan pesanan itu.
Harga kerajinan tersebut sangat bervariasi, bergantung besar kecilnya pesanan dan tingkat kesulitan pembuatan. Untuk itu, suami Devi Rahayuningtyas tersebut mematok harga Rp 150 ribu–Rp 350 ribu untuk produksi.
’’Namanya sketsa wajah yang dikerjakan secara manual, pasti hasilnya ada sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan foto. Kendati demikian, saya akan terus berbuat maksimal agar hasil karya tersebut mirip seperti foto,’’ jelasnya.