Taman Kering Low-maintenance
HUNIAN dengan lahan sempit bukan halangan untuk menghadirkan taman. Dengan konsep taman kering, rumah tanpa halaman bisa berkreasi dengan tanaman. ’’Taman kering lebih menonjolkan unsur hardscape atau non tanaman. Misalnya, batu, kerikil, dan kayu,’’ ungkap arsitek lanskap Anddys Firstanty.
Dia menjelaskan, tidak ada ketentuan luas ruangan untuk menggarap taman kering. ’’Selama ada sirkulasi udara dan cahaya, semua tempat bisa. Mulai di dalam ruang, teras, hingga area terbuka di tengah rumah,’’ kata Anddys.
Alumnus Hochschule Anhalt, Jerman, itu menyebut bahwa jenis tanaman yang cocok untuk taman kering adalah tipe tanaman yang menyukai lokasi teduh, bahkan tahan tanpa paparan matahari. Range-nya mulai sukulen, kaktus, tanaman paku, hingga jenis palem-paleman. Kalau ada area terbuka, bisa ditanam pohon. Jenis-jenis tanaman tersebut, menurut dia, terbilang low-maintenance. Sebab, hampir semua tahan kering. Penyiraman pun bisa dilakukan satu–dua kali seminggu, bergantung cuaca.
Zwasty Paskahlia Ramma menuturkan, konsep taman kering relatif bersih. ’’Sebab, unsur dominannya adalah perkerasan. Kalau ingin menanam, biasanya media tanam ditutup batuan,’’ ujarnya. Tujuannya, meminimalkan debu atau kotor.
Untuk media tanam, dia menyatakan bahwa media yang digunakan relatif sama seperti bertanam biasa. Yakni, campuran tanah, pasir, dan kompos. Jika tanaman digantung, media dapat diganti dengan sabut kelapa atau campuran media yang dibungkus menyerupai bola.
’’Kalau lahan yang diolah jadi taman kering cukup luas, media bisa ditutup dulu dengan geotekstil sebelum ditutup kerikil,’’ tutur lulusan Institut Pertanian Bogor tersebut. Lapisan kain khusus itu mencegah tanah berhamburan saat terinjak, tetapi tetap mengalirkan air hujan ke dalam tanah. Geotekstil bisa diganti paranet atau bahan berupa jaring halus.