Harga Tinggi, Permintaan Daging Ayam Turun 50 Persen
SURABAYA – Memasuki bulan Ramadan, para ibu rumah tangga disambut kenaikan harga beberapa bahan pokok. Antara lain telur dan daging ayam. Harga keduanya melebihi harga eceran tertinggi (HET).
Pantauan di Pasar Pucang Anom menunjukkan, harga daging ayam mencapai Rp 38 ribu per kilogram. Angka itu jauh di atas harga sebelumnya yang hanya Rp 30–32 ribu per kg. ”Kenaikan sudah mulai awal bulan lalu,” ujar Yayuk, salah seorang pedagang.
Menurut Yayuk, harga ayam sudah naik dari tangan peternak. Kenaikan harga, sebut dia, terjadi karena pengaruh pakan. ”Kata peternaknya, pakan ayam langka sehingga harganya naik,” terang perempuan yang sudah 15 tahun berdagang ayam tersebut.
Kenaikan itu berimbas pada penjualan ayam yang turun. Sebelumnya Yayuk mampu menjual 50 ekor per hari. Kini dia hanya menjual setengahnya. Penjual ayam hidup di pasar pun membatasi stok. ”Mereka tidak mau nyimpan banyak. Takut nggak laku,” katanya.
Menurut Yayuk, kondisi pada bulan puasa kali ini berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Biasanya menjelang Ramadan banyak orang yang membeli ayam. Namun, kini jumlahnya turun drastis. ”Apa ada pengaruh karena bom juga ya?” tanya dia.
Sementara itu, harga telur kali ini mencapai Rp 26 ribu per kg. Sedangkan HETnya Rp 22 ribu per kg. ”Biasanya hanya Rp 20 ribuan,” ujar Muriza, salah seorang pedagang telur. Kenaikan tersebut dipengaruhi permintaan yang tinggi. Khususnya industri makanan. ”Telurnya ditarik ke sana semua,” katanya.
Kabid Distribusi Dinas Perdagangan Surabaya Surtauli Sinurat menyatakan, pihaknya terus memantau gejolak harga di pasar. Harga dua bahan itu memang rawan naik turun karena Surabaya tidak memiliki pemasok langsung. Meskipun demikian, dia memastikan bahwa rantai distribusi aman. ”Selain kami, satgas pangan juga terus memantau rantai distribusi pangan ke Surabaya,” ucapnya.