Bocah Rel Kereta Jadi Duta Anti-bullying
SURABAYA – Awalnya, Rachmad Aryo Putro hanya ikut lomba pidato yang dilangsungkan Yayasan Dharma Wanita Persatuan Surabaya pada maret lalu. Namun, bocah yang masih duduk di bangku kelas V SDN Sidotopo I itu berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Termasuk yang sudah duduk di bangku SMP. Karena tema pidatonya membahas keberagaman budaya, dia juga ditahbiskan sebagai duta anti-bullying.
”Meskipun daerah kami seperti Sidotopo, Wonokusumo, itu kumuh, ruwet, dan rawan, saya sebagai anak rel kereta api tetap merasa bangga,” ujar bocah yang tinggal di Tambak Wedi Tengah itu mengutip sebagian pidatonya ketika ditemui beberapa waktu lalu. ”Ya, karena meski berasal dari berbagai macam suku dan agama, kami tetap berjiwa sama, bersemangat sama, dan saling menghargai sesama yang mana bisa menciptakan suasana yang damai dan rukun,’’ ungkapnya dengan penuh semangat.
Awalnya, Aryo hanya menekuni bidang IPA di sekolahnya. Dia mengikuti olimpiade-olimpiade IPA saja karena sangat menyukai pelajaran IPA. Namun, setelah beberapa kali ikut lomba di bidang tersebut, dia masih tak kunjung mendapatkan juara. Riski, salah seorang guru kesiswaan yang selalu memperhatikan anakanaknya, tak ingin melihat salah seorang muridnya tidak bisa berprestasi hanya karena selalu gagal.
”Aryo ini anaknya tekun sekali dan bisa belajar cepat. Jadi coba saya arahkan ke bidang lainnya seperti sastra. Mungkin dia berbakat di sana,” tutur Riski. Benar saja, hanya dalam dua minggu banting setir ke dunia sastra, Aryo akhirnya bisa mencetak prestasi. Baik untuk sekolahnya maupun dirinya sendiri. Guru-guru pelatihnya pun mengakui bahwa Aryo memang sangat mudah dilatih.
”Dulu sebenarnya sudah ada kandidat untuk lomba pidato, tapi saat melatih Aryo kok anak ini bagus. Akhirnya, kami sepakat memilih Aryo,” cerita Guntur Dwi Widiaksono, salah seorang guru yang juga melatih bocah tersebut. Tidak hanya bagus dalam berlatih, ternyata Aryo juga dianggap lebih dewasa dari teman-teman lainnya. ”Dia tahu apa yang harus lebih diprioritaskan. Bisa dibilang dia sudah mengerti arti tanggung jawab,” ungkap Riski.
Sejauh ini, sebagai seorang duta anti-bullying, dia memberikan sosialisasi kepada teman-temannya tentang bahaya dan dampak bullying jika tetap dilestarikan. Biasanya, kampanye tersebut dilakukan setiap Sabtu atau ketika teman-temannya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hingga kini, Aryo mengaku tidak mengalami masalah saat membicarakan anti-bullying dengan temantemannya. ’’Mereka baik kok. Mendengarkan omongan saya,’’ kata Aryo.