Lantunan Doa Muslim di Gereja SMTB
Bergandeng Tangan Lawan Teroris
SURABAYA – Ledakan bom di tiga gereja di Surabaya menjadi perhatian berbagai pihak. Bukan hanya bagi mereka yang berlatar belakang keyakinan sama. Orang-orang dari kepercayaan berbeda pun menunjukkan langsung kepeduliannya. Itulah yang terlihat di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) pada Selasa malam (15/5).
Belasan orang dari Gusdurian Sidoarjo berkunjung ke gereja di Jalan Ngagel Madya tersebut. Tidak hanya menyampaikan dukacita, mereka turut mendoakan para korban dari tragedi bom yang terjadi pada Minggu pagi (13/5). ”Kemarin (Selasa, Red) memang ada kunjungan dari Gusdurian Sidoarjo saat misa tiga hari mengenang korban,” ujar Pastur Rekan Paroki Gereja SMTB Aloysius Widyawan.
Menurut Widyawan, para Gusdurian tersebut ingin turut langsung dalam duka yang tengah dialami gereja. ”Mereka hadir dalam misa yang kami adakan. Lalu di akhir misa, kami memberi mereka kesempatan untuk mengungkapkan isi hati,” lanjutnya.
Selain mengungkapkan rasa keprihatinan, Gusdurian Sidoarjo diberi kesempatan untuk mendoakan para korban secara Islam di dalam gereja. Widyawan pun merasa sangat terbantu dengan kehadiran mereka di gereja.
Dengan dukungan lintas agama itu, pihak gereja merasa semakin aman. Mereka bisa lebih fokus dalam pemulihan psikologis korban terluka dan keluarga.
”Ini merupakan dukungan yang luar biasa. Saya berharap dunia bisa melihat bahwa inilah warna Indonesia yang sebenarnya,” tambahnya.
Michael Andrew, salah seorang koordinator yang membawa Gusdurian Sidoarjo tersebut, mengungkapkan bahwa itu merupakan bagian dari aksi untuk menghilangkan berbagai isu yang tengah berkembang di masyarakat. ”Bersama Pak Iriyanto Susilo (koordinator lain acara itu), kami ingin menunjukkan jika Suroboyo ini guyub, cinta damai, dan harmonis,” ujarnya.
Mereka tidak ingin suasana tegang yang terjadi di masyarakat terus dibesar-besarkan. Apalagi, dengan hoax yang terus menyebar dengan cepat. ”Ini juga untuk mengeklirkan hoax-hoax dan stereotipe buruk yang sekarang sedang banyak beredar,” lanjutnya.
Bom yang meledak di Surabaya memang sempat membuat suasana tegang. Sayang, orang justru menyenangkan para teroris tersebut dengan turut menyebarkan ketakutan melalui broadcast hoax.
”Kami juga ingin menunjukkan jika tidak semua umat muslim begitu. Jadi, jangan sampai disamaratakan semua,” papar pria 22 tahun tersebut. Fotofoto kebersamaan tersebut lantas diunggah di media sosial sebagai bentuk kampanye, khususnya kepada anak muda, agar bisa berpikir jernih dan positif serta menghargai semua perbedaan.