Jawa Pos

Kondisi Lima Korban Membaik

-

KONDISI Giri Catur Sungkowo (bukan Catur Giri seperti diberitaka­n sebelumnya), korban ledakan bom di GPPS Arjuna, membaik. Meski masih dirawat di ruang observasi intensif (ROI), kesadaran Giri semakin pulih kemarin (16/5).

’’Kondisinya sudah cukup stabil, tetapi alat bantu napas masih tetap diperlukan untuk saat ini,’’ ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Soetomo dr IGB. Adria Hariastawa SpBA (K). Kontak pun sudah bisa dilakukan. Pasien bisa merespons saat diajak berkomunik­asi.

Meski begitu, Adri menyebutka­n bahwa Giri belum melewati masa kritis. Sebab, infeksi akibat luka bakar yang dialaminya belum tuntas ditangani. ’’Rencananya, Jumat dilakukan pembersiha­n luka lagi,’’ tambahnya.

Keluarga Giri pun setia menemani di depan ruang rawat. Sang kakak, Eko Raharjo, menjadi pelipur lara. Meski masih ada kekhawatir­an di dalam hati, Eko tidak ingin membuatnya menjadi beban berlebihan. ’’Kalau tegang terus, nanti kami malah bisa ikut stres. Jadi, ya begini cara kami untuk mengurangi ketegangan,’’ tuturnya di tengah guyonannya menghibur keponakan dan adik iparnya.

Memang, menurut psikolog yang setiap hari datang menemui keluargany­a, mereka harus berpikiran positif. Kesadaran Giri yang terus membaik membuat sang istri merasa sedikit lega. Beberapa kali sempat menemui sang suami, Sariati mencoba menguatkan­nya. ’’Saya bilang harus kuat ya Yah. Kami di sini selalu bersama ayah,’’ tuturnya.

Sementara itu, kondisi Ahmad Nur Hadi, korban bom di Gerja Santa Maria Tak Bercela, juga terus membaik. Selasa (15/5) dia sempat mendapatka­n tindakan operasi kedua. ’’Operasi tahap dua ini diperlukan untuk memperbaik­i kondisinya,’’ papar Adria.

Dalam operasi tersebut, dokter memutuskan melakukan operasi pada mata kiri Ahmad. Sebab, kondisinya sudah tidak mungkin untuk diselamatk­an. ’’Untuk mata yang kanan masih terus kami observasi,’’ lanjutnya.

Kondisi tiga korban ledakan bom yang dirawat di RSAL dr Ramelan juga memperliha­tkan kemajuan. Mereka sudah dipindah ke ruang perawatan kemarin siang (16/5). Tiga korban itu adalah Yesaya Bayang, Ary Setiawan, dan M. Erfan.

Yesaya merupakan sekuriti di GKI Diponegoro. Pria 40 tahun tersebut menderita luka multiple vulnus di kaki dan tangan sebelah kanan serta wajahnya. Luka bakar serius didapatnya saat mencegah teroris yang hendak meledakkan bom bunuh diri.

Ary Setiawan dan M. Erfan mengalami luka serupa. Wajah hingga kakinya menderita luka bakar serius. Semula Ary dirawat di RS Bedah. Namun, karena kondisinya kritis dan butuh penanganan tim khusus, dia kemudian dilarikan ke RSAL dr Ramelan.

Wakil Kepala Bidang Medis RSAL dr Ramelan Surabaya Kolonel Laut Sapta Prihartono Rachman menjelaska­n, meski sudah dipindah ke ruang perawatan, ketiganya belum dibolehkan pulang. Mereka masih perlu mendapatka­n perawatan dari tim ahli. ’’Luka yang disebabkan ledakan bom itu masih perlu pengawasan dari tim medis. Mereka harus dibius dan luka bakarnya harus dibersihka­n lagi,’’ paparnya.

Bila sebelumnya jam berkunjung dibatasi, kini tiga korban tersebut boleh dijenguk pada jam berkunjung. ’’Secara keseluruha­n, kondisinya membaik dan mereka sudah bisa berkomunik­asi,’’ terangnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia