Jawa Pos

Rayakan Ulang Tahun di ICU

-

AINUL YAQIN tepat berusia 32 tahun kemarin (16/5). Namun, sayangnya, dia harus merayakan ulang tahunnya dengan terbaring tak berdaya di Ruang ICU RS PHC. Dia menjadi salah satu korban bom bunuh diri di Polrestabe­s Surabaya pada Senin (14/5).

Pria yang akrab dipanggil Gundul tersebut adalah petugas parkir mobil di Polrestabe­s Surabaya. Menurut kesaksian keluargany­a, saat insiden itu terjadi, dia sedang berusaha mencegah masuknya dua sepeda motor milik tersangka. Sebab, dua sepeda motor tersebut seharusnya tidak masuk lewat jalur mobil.

Namun, nasib nahas terjadi kepadanya pagi itu. Beberapa detik setelah dia keluar dari boks tempatnya biasa memberikan karcis kepada pengunjung yang mengendara­i mobil, bom yang dibawa pelaku teror tersebut meledak.

”Padahal, saya sudah memesan kue ulang tahun dari jauh-jauh hari lalu,” ujar Ida Lidyana, istri Ainul Yaqin. Dia menceritak­an bahwa memang setiap tahun dirinya memberikan kejutan untuk suaminya itu. ”Ya ter- paksa dibatalkan,” cerita Ida yang terlihat menahan tangis.

Ida didampingi Masula, tante Gundul, di rumah sakit kemarin. Masula mengatakan bahwa pada Minggu siang (13/5) Gundul

ngethek meminta dibelikan baju koko hitam, sarung hitam, dan peci hitam ke ITC. Masula pun heran dengan keinginan keponakann­ya yang aneh tersebut.

”Nggak ngerti mari onok bom ta? Nggak usah metu nandi-nandi,” ungkapnya saat keponakann­ya itu merengek-rengek.

Paginya (Senin), anak bungsu Gundul yang masih berusia 2 tahun berusaha membangunk­an sang ayah. Masula mengungkap­kan bahwa setiap hari Gundul biasa berangkat kerja pukul 06.00. Namun, hari itu si bungsu tidak membolehka­n ayahnya pergi karena peristiwa bom yang terjadi pada hari sebelumnya.

Namun, sang ayah tidak menuruti permintaan anak yang memang paling dekat dengannya tersebut. Ayah tiga anak itu berangkat dari rumahnya di Kalianak, Asemrowo, pukul 07.30. ”Pas sampai di kantor, dia sempat saya telepon. Saat itu pukul 08.00,” ucap tantenya sebelum beberapa menit kemudian bom meledak.

Dia juga menuturkan, sebelum akhirnya dilarikan ke RS PHC, Gundul lebih dulu dibawa ke Poliklinik Polrestabe­s Surabaya di Jalan Rajawali karena kondisinya terlihat tidak terlalu parah. Namun, saat diperiksa, ternyata tubuhnya penuh dengan pecahan logam dan kaca dari kepala hingga kaki. Bahkan, paru-parunya juga sobek akibat pecahan logam yang mengenai dadanya. Setelah itu, dia dilarikan ke RS PHC untuk mendapatka­n perawatan intensif.

”Setelah di CT-scan dan USG, korban langsung menjalani operasi,” jelas Husninatul Ghassani, humas PT PHC. Gundul menjalani operasi dari pukul 10.00 sampai 22.30. ”Akhirnya, dia sekarang digundul sesuai panggilann­ya,” sambung Masula.

Sampai kemarin sore, Nina, panggilan akrab Husninatul Ghassani, menjelaska­n bahwa secara umum, kondisi pasien saat ini sudah berangsur stabil. ”Ventilator sudah bisa dilepas. Namun, pernapasan masih dibantu slang,” katanya.

 ?? MARIYAMA DINA/JAWA POS ?? LIHAT LEWAT KACA: Masula (kiri) dan Ida Lidyana menemani Ainul Yaqin, petugas parkir yang menjadi korban bom bunuh diri di polrestabe­s. Dia dirawat di Ruang ICU RS PHC.
MARIYAMA DINA/JAWA POS LIHAT LEWAT KACA: Masula (kiri) dan Ida Lidyana menemani Ainul Yaqin, petugas parkir yang menjadi korban bom bunuh diri di polrestabe­s. Dia dirawat di Ruang ICU RS PHC.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia