Jawa Pos

KECERIAAN DI MUSIM PANAS

-

DILALUI Swan River yang berkelok-kelok bak angsa, Perth punya modal kuat untuk menjadi kota yang elok. Apalagi, pemerintah­nya serius menggarap sektor pariwisata. Tidak jauh dari daratan, Rottnest Island menjadi lokasi

escape terbaik setelah puas menjelajah kota.

BANYAK orang yang bilang waktu terbaik berwisata ke Perth adalah musim semi. Tapi, saya tetap merekomend­asikan untuk datang ke Perth saat musim panas. Yup, karena Perth punya Fringe World Festival di musim panas!

Festival tersebut berlangsun­g selama sebulan dan melibatkan seluruh kota untuk berpartisi­pasi. Ada banyak pertunjuka­n yang disiapkan. Mulai kabaret, sulap, konser dan mini gigs, pemutaran film, sampai pameran-pameran seni. Selengkapn­ya, Anda bisa mengakses website resminya.

Sebenarnya saya tidak tahu ada festival itu waktu berangkat ke Perth. Tak sengaja saat akan makan malam di Perth, saya melihat keramaian. Pertama, kehebohan para remaja yang flashmob di pinggir jalan. Mereka nge-dance mengenakan bando dan gelang menyala terang. Tak jauh dari situ, ada pemain musik elektro tunggal dengan gaya yang nyentrik jadi pusat perhatian.

Di musim panas, suhu di Perth sekisar 26 derajat Celcius. Buat orang Surabaya seperti saya yang dihajar matahari 33 derajat Celcius, suhu itu masih cukup sejuk. Swan River yang membelah Kota Perth menyisakan potongan-potongan teluk dan tepian sungai yang banyak dimanfaatk­an sebagai dermaga dan taman.

Suasana di Kings Park and Botanic Garden tak kalah sejuk meski saya datang ke sana di siang bolong.

Taman seluas 400 hektare punya koleksi ratusan jenis tanaman dan pohon. Sedikit yang membuat kami agak kikuk adalah saat sopir bis menceritak­an di kiri kanan jalan yang kami lalui. Pohon-pohon itu ditanam di sana untuk mengenang warga Australia yang menjadi korban bom Bali.

Ada pula nama-nama pahlawan yang gugur dalam Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan perang lain yang berpengaru­h pada sejarah Australia. Nama-nama itu disematkan pada pepohonan, monumen, bangunan, serta tembok-tembok taman yang disusun sedemikian rupa.

Dari sini, mari kita melompat ke jantung kota yang denyutnya berdetak lebih cepat. Sebelum 2006, destinasi foto-foto di CBD Perth hanya Bell Tower. Selain itu, cuma ada hasrat belanja yang menggelora ke mal sekitarnya, hehe. Tapi, sejak Elizabeth Quay dibuka pada 2016, wajah jantung Kota Perth semakin memesona dan menjanjika­n banyak aktivitas wisata.

The River. The City. Together Again. Begitulah slogan dibangunny­a kawasan tersebut. Dengan mengeruk tanah, dibentukla­h teluk buatan yang mengalirka­n Sungai Swan masuk ke jantung kota. Sebuah jembatan gantungmem­bentangmen­ghubungkan dua sisi teluk. Kapal-kapal kecil berseliwer­an memasuki area teluk mengantre untuk bersandar ke dermaga. Spot selfie? BANYAK!

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia