BNNK Ingin Ada Sistem Pengawasan Obat
SURABAYA – Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti menyebutkan, diperlukan sistem pengawasan yang mumpuni agar kejadian seperti yang dialami Nuzul Akbar tak terulang. Pria 22 tahun itu berkeliling ke sejumlah puskesmas di Surabaya dan Sidoarjo untuk mendapatkan alprazolam. Dia kecanduan. Anehnya, Akbar bisa mendapatkan obat bebas terbatas itu secara rutin dari beberapa puskesmas dalam setahun terakhir.
Polwan dengan dua melati di pundak tersebut menyatakan, hingga kini, belum ada sistem pengawasan apa pun sehingga Akbar bisa dengan leluasa mengakses alprazolam. Temuan kasus itu berharga untuk dijadikan pelajaran. ”Ini baru pertama kali dan ini celahnya dimanfaatkan,” ucap Suparti.
Menurut pengakuan Akbar kepada Jawa Pos, dirinya biasa mencari alprazolam ke puskesmas jika obat tersebut sulit didapat dari pasar gelap di internet. Dia cukup datang ke puskesmas dan mengeluh nyeri di kaki.
Setelah bercerita pernah dioperasi di kaki, dia diberi resep alprazolam oleh dokter. Bahkan, ada yang memberikan rekomendasi untuk daya konsumsi satu bulan. ”Dapat 90 butir,” kata Akbar. Dalam beberapa hari kemudian, dia bisa mendatangi puskesmas lain untuk mendapatkan alprazolam lagi.
Suparti berharap ada sistem informasi yang bisa menunjukkan rekam jejak pasien secara menyeluruh. Sistem itu bisa diakses para dokter sebagai rujukan sebelum memberikan resep. ”Kalau bisa, ada kronologi pemberian obat apa saja dan kapan,” ucapnya.
Dengan begitu, tidak ada lagi pemberian resep yang tumpang tindih kepada pasien.