Jawa Pos

Waspada Surat Edaran SARA dalam Pilkada

-

HOAX yang satu ini patut diwaspadai terjadi di sejumlah daerah. Terutama yang sedang melangsung­kan pilkada serentak.

Hoax tersebut terkait seruan Perang Salib. Di Bekasi, hal itu dilakukan dengan mencatut nama gerakan pemuda Kristen.

Hoax tersebut berupa foto surat edaran dengan kop GPKB Forendi. Singkatan dari Gerakan Pemuda Kristen Bekasi for Rahmat Effendi. Surat edaran itu disebarkan via media sosial. Dalam surat itu tertulis ditujukan kepada para ulama, ustad, dan habib se-Kota Bekasi.

Ada lima hal yang disampaika­n dalam surat tersebut. Pertama, GPKB menyebut ada gerakan penyebaran kebencian kepada calon wali kota Bekasi incumbent Rahmat Effendi. Ujaran kebencian itu secara masif dilakukan oleh ulama, ustad, dan habib di Kota Bekasi.

Kedua, GPKB melihat ujaran kebencian tersebut disampaika­n karena Rahmat Effendi dinilai dekat dengan umat Kristiani Kota Bekasi. Dalam poin kedua itu juga dibahas bahwa Rahmat Effendi pernah mengizinka­n dibangunny­a Gereja Santa Clara di Bekasi Utara. Poin ketiga, GPKB menyebut kepemimpin­an Rahmat Effendi harus diteruskan. Karena itu, mereka mengajak umat lewat gereja-gereja untuk memilih kembali Rahmat Effendi.

Lalu, isi poin keempat dan kelima sangat membahayak­an. Penulis surat itu menantang para ulama, ustad, dan habib yang terus menyudutka­n serta mengucilka­n Rahmat Effendi. Bahkan, GPKB disebut menggelora­kan kembali Perang Salib di Kota Bekasi. ”Sebagaiman­a kemarin di Jakarta, kami tidak takut terhadap gerakan 212 kalian. Di Jakarta kalian boleh menang, tapi di Bekasi jangan pernah kalian berharap menang,” tulis pesan tersebut.

Kapolres Kota Bekasi Kombespol Indarto memastikan bahwa pesan tersebut hoax. Menurut dia, ada juga foto surat edaran di media sosial yang menyebutka­n pernyataan sikap sejumlah gereja untuk mendukung Rahmat Effendi. Pernyataan sikap itu diberi judul ’’Ikrar Perjuangan Santa Klara”. Tertulis Santa Klara, bukan Santa Clara. Dalam pernyataan sikap itu, ada 20 nama gereja yang dicatut.

’’Saya sudah melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh agama untuk mengonfirm­asi hal ini,” ujar Indarto. Indarto lantas mengirimka­n video pernyataan sikap para pendeta dan pastor se-Kota Bekasi yang namanama gerejanya dicatut dalam dokumen ”Ikrar Perjuangan Santa Klara”. Dalam video itu disampaika­n bahwa gereja tidak pernah membuat pertemuan dan surat pernyataan seperti yang beredar di media sosial.

Indarto menyebut akan mengusut penyebar surat-surat edaran hoax tersebut. Penyelidik­an atas kasus itu pun sudah dilakukan. ”Rencananya besok kami lakukan gelar perkara kasus ini,” ujar pria alumnus Akpol 1995 itu.

 ?? CHIS/JAWA POS ??
CHIS/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia