Ulang Tahun Ke-75, Bikin Buku Bareng Istri
Pengabdian Prof dr Mohammad Yogiantoro SpPD-KGH di Dunia Kedokteran
Di usia yang tidak lagi muda, Prof dr Mohammad Yogiantoro SpPDKGH dan Prof dr Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro SpM (K) ingin terus berbagi ilmu. Mereka bekerja sama membuat buku Bahasan Dokter Kita yang membahas kesehatan dalam bahasa kekinian.
ADA banyak hal yang dilakukan seseorang untuk bersyukur merayakan hari jadinya. Misalnya, yang dilakukan Prof dr Mohammad Yogiantoro SpPD-KGH. Mengajak sang istri, Prof dr Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro SpM (K), alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut membuat sebuah buku penyuluhan populer.
’’Buku ini sebenarnya dibuat untuk memperingati ulang tahun ke-75 tahun lalu sekaligus 50 tahun pengabdian sebagai seorang dokter,’’ ujar Yogi –sapaan akrab Mohammad Yogiantoro– saat ditemui di Rumah Sakit Siloam Kamis (3/5). Pria 76 tahun itu bercerita, ide membuat buku berasal dari anak dan cucunya. Saat perayaan ulang tahun ke-67 Yogi diminta menyusun artikel kesehatan menjadi sebuah kliping.
Kebetulan saat itu ayah tiga anak tersebut memang aktif mengisi rubrik kesehatan di sebuah majalah. Sebab, tulisantulisan itu dinilai cukup aktual dan baik untuk dipahami orang awam, khususnya pasien terkait. ’’Dari sana lalu muncul ide untuk membuatnya menjadi sebuah buku
Apalagi, beberapa rekan menyarankan hal serupa,’’ lanjutnya.
Artikel-artikel tersebut lantas diseleksi ulang oleh Yogi. Dia memilih topik-topik yang relevan dan menarik untuk kemudian diolah lagi hingga akhirnya terpilih sembilan bab yang dianggap paling sesuai. Tetapi, untuk menjadi sebuah buku, Yogi tidak ingin sendiri. Dia pun mengajak serta sang istri yang merupakan dokter spesialis mata untuk berkolaborasi.
Pasangan yang menikah pada 11 Juni 1970 itu terkenal di kalangan teman-temannya selalu lengket tak terpisahkan. ’’Kami memang hampir selalu bersama. Termasuk di pekerjaan juga sering bareng. Jadi, kenapa tidak membuat buku bersama sekalian saja,’’ lanjut Yogi. Apalagi, buku tersebut muncul sebagai bentuk pengabdian sebagai dokter. Profesi yang juga ditekuni keduanya.
Buku yang kali pertama dicetak September 2017 itu pun memiliki dua subjudul. Pada sampul depan yang bergambar Yogi diberi subjudul Problem dan Solusi Kesehatan Anda.
Selajutnya, di sampul belakang yang bergambar Diany –sapaan akrab Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro– diberi subjudul Tips
dan Solusi Problema Mata.
Sesuai dengan judul dan subjudul, buku tersebut memang berisi penyakit-penyakit populer dan solusi yang bisa dilakukan. Beberapa di antaranya adalah gagal ginjal, hipertensi, obesitas dan diabetes, glaukoma, serta penggunaan softlens.
Proses pembuatan buku itu tidak mulus begitu saja. Kendala justru muncul ketika mulai masuk dalam percetakan. Pada awalnya, buku tersebut dibuat hitam putih. Hasilnya sangat tidak memuaskan Yogi. Kemudian diganti dengan sebagian warna, tetapi juga masih mengecewakan.
’’Akhirnya dibuat berwarna semua dan diberi highlight,’’ papar Yogi. Karena adanya pemberian highlight
itu, pencetakan buku jadi tertunda selama setahun. Tetapi, masalah kembali muncul ketika buku tersebut mulai dicetak.
Yogi sudah melunasi semua biaya yang diperlukan untuk mencetak seribu kopi buku. Namun, saat dalam proses, semua menjadi buku produk gagal. Warna yang dihasilkan pada setiap buku tidak konsisten. Tentu mantan kepala Instalasi Hemodialisis RSUD dr Soetomo tersebut merasa tidak puas.
’’Sempat ada wacana untuk ditukar. Tetapi, saat itu harga kertas naik jadi tidak sanggup,’’ tambahnya. Sebagai gantinya, pihak percetakan menawarkan agar buku dibuat menjadi digital print tetapi dengan jumlah yang tidak mencapai kesepakatan awal.
Rupanya, solusi yang ditawarkan pihak percetakan memberikan keuntungan tersendiri bagi alumnus SMA I Kediri tersebut. Buku karyanya bisa terus di-update sesuai dengan perkembangan yang terbaru. Setiap ada hasil penelitian baru mengenai bab di dalam bukunya, Yogi selalu mela- kukan revisi dan mencantumkannya.
’’Bisa dibilang, setiap cetakan selalu ada yang berbeda. Misalnya saja, pada konsep pengobatan hipertensi dan diabetes melitus yang terbaru,’’ ucap anggota International Society Hypertension itu.
Dibuat dengan menggunakan bahasa kekinian yang gaul dan mudah dipahami, Yogi memang berharap buku karyanya tersebut bisa dinikmati semua golongan. Baik itu mereka yang berprofesi di dunia kesehatan maupun orang awam yang tengah mencari petunjuk dalam pengobatan penyakitnya. Dia berharap buku itu bisa digunakan para dokter di layanan primer, terutama anak didiknya.
Bagi dia, menjadi seorang dokter juga sekaligus sebagai pendidik. Selain mendidik para calon dokter penerus, Yogi tentu punya kewajiban mendidik para pasien agar bisa memiliki kehidupan yang lebih sehat. Jadi, tidak hanya sekadar memberikan pengobatan secara medis.