Agama Jadi Fondasi Rumah Tangga
QOSIM punya prinsip bahwa suami adalah kepala keluarga. Perannya besar. Harus tampil dominan. Namun, kepala keluarga tidak berarti punya hak penuh dalam mengambil keputusan. Perlu komunikasi dua arah dengan anggota keluarga yang lain. Terutama istri. ’’Misalnya, jangan tiba-tiba beli ini-itu tanpa berkomunikasi dengan istri. Itu bisa menimbulkan bibit persoalan,’’ tambah Qosim.
Suami istri juga tidak boleh mudah saling menyalahkan. Saling memahami kekurangan. Jangan karena kesalahan kecil marah. Padahal, dalam banyak hal, istri selalu melayani suami dengan baik. ’’Semua nilai itu ada dalam Alquran dan hadis Rasulullah,’’ jelas lelaki 60 tahun tersebut.
Rahasia lain kukuhnya rumah tangga Qosim-Zumrotus ialah salat berjamaah. Qosim tidak melewatkan kebiasaan itu meski tugas dan kesibukannya menumpuk.
Dalam sehari, dia menjadwalkan tiga kali salat berjamaah dengan istri. Yakni, Subuh, Magrib, dan Isya. ’’Jika ada prasangka buruk dengan pasangan, masalah akan selesai dengan salat berjamaah,’’ ucap lelaki yang berulang tahun setiap 21 Maret itu.
Selama 35 tahun menikah, mahligai rumah tangga yang mereka bangun sejak 1983 tersebut tetap langgeng dan harmonis. Pandangan hidup itu diwariskan kepada anak-anak mereka.
Putri sulung pasangan QosimZumrotus kini menjadi dokter. Namanya Widyadiningsih. Pe- rempuan 32 tahun itu mengakui, teladan sang ayah sangat mewarnai hidupnya. Terutama saat dia sudah berumah tangga.
Apa itu? Selalu berbuat baik dan menghindari prasangka buruk kepada orang lain, menjalin silaturahmi, serta berkomunikasi secara santun dan menyenangkan. ’’Karena suatu saat kita pasti butuh bantuan orang lain,’’ ujar dokter yang kini bertugas di Puskesmas Industri tersebut.