Kebakaran, 8 Tewas Saling Tumpuk
Lima Korban Selamat Melompat dari Lantai 2
SURABAYA – Delapan orang tewas akibat kebakaran di Kebalen Kulon Gang 2 Nomor 9, Krembangan Utara, Pabean Cantian, kemarin siang (29/5). Api yang menyebar di rumah kos dua lantai itu membuat sebagian penghuninya terjebak sehingga tak bisa menyelamatkan diri.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto menyatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut. Dari temuan sementara, dia menduga sebaran api berawal dari salah satu kamar di lantai 1. Hal itulah yang mengakibatkan korban jiwa tak bisa keluar dari lokasi karena akses tertutup api
J
Rumah kos itu memiliki enam kamar. Dua di lantai 1 dan empat di lantai 2. Satu-satunya pintu keluar hanya pintu gerendel di lantai pertama. Jika ingin keluar, penghuni lantai 2 harus turun menuju pintu itu. ’’Lantai 1 ini juga digunakan untuk garasi kendaraan seperti mobil dan sepeda motor. Saat awal kebakaran, mobil yang sedang diparkir ikut terbakar, api membesar, sehingga penghuni lantai 2 terjebak,’’ ungkap Agus.
Dugaan tersebut diperkuat dengan lokasi delapan mayat yang terkumpul dalam satu kamar di lantai 2. Posisi mereka saling menumpuk. Agus memperkirakan bahwa mereka sebelumnya ingin menyelamatkan diri melalui satusatunya jalan keluar di lantai 2, yakni jendela berukuran 60 x 50 cm di ujung lorong.
Namun, karena terlalu kecil dan langsung mengarah ke tanah, mereka ragu. Mereka pun memilih mengamankan diri di kamar paling depan lantai 2 itu. ’’Ada beberapa yang memilih kabur lewat jendela itu. Salah satunya ibu dan anaknya yang masih bayi. Sekarang mereka dirawat di RS Soewandhi,’’ kata Agus.
Saat ini pihaknya masih mengidentifikasi jenazah yang ditemukan serta meminta keterangan saksi dan pemilik kos. Jenazah ditemukan dalam keadaan hangus dan tak bisa dikenali. ’’Kami masih menunggu temuan dari puslabfor dan inafis. Nanti digabungkan dengan keterangan yang kami kumpulkan,’’ ungkapnya.
Menurut seorang sumber, penghuni kos yang diduga meninggal terdiri atas tiga keluarga. Satu keluarga merupakan penghuni lantai 1, sedangkan dua lainnya penghuni lantai 2. Korban meninggal terdiri atas empat orang dewasa dan empat anak-anak. ’’Tapi, datanya masih dipastikan. Total penghuni rumah itu ada 20 orang,’’ ungkap sumber tersebut. Delapan jenazah itu dibawa ke RSUD dr Soetomo.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya Chandra Oratmangun mengatakan, pihaknya baru menerima laporan terkait kebakaran tersebut pukul 14.20. Menurut dia, satu unit mobil pemadam kebakaran langsung tiba empat menit kemudian.
’’Pemadamannya butuh waktu satu jam. Saat memadamkan, kami memang hanya bisa melakukan pemadaman tanpa bisa masuk ke lantai 2. Karena di lantai 1 ada mobil terbakar yang menghalangi,’’ ungkapnya.
Setelah padam, pihaknya melakukan pembasahan hingga pukul 16.30. Saat itulah mereka baru menyadari bahwa ada korban yang meninggal dalam kebakaran tersebut. ’’Setelah tahu ada korban, kami melakukan pembasahan lagi untuk mengurangi puing-puing di kamar itu,’’ jelasnya.
Soal penyebab, dia mengatakan belum bisa menyimpulkan. Dilihat dari kondisi plafon lantai 2 yang runtuh, penyebab kebakaran bisa ditengarai akibat korsleting listrik. Namun, ada desas-desus yang menyebutkan bahwa kebakaran itu dimulai dari dapur lantai 1. ’’Nanti dulu. Kami harus periksa dulu lebih saksama untuk tahu penyebab,’’ ungkapnya.
Teriakan dan isak tangis para korban menghiasi proses evakuasi kebakaran yang dramatis. Ada bayi 11 bulan yang terlepas dari pelukan sang ibu hingga jatuh ke bawah. Ada juga yang nekat melompat dari lantai 2 hingga patah tulang.
Saat terjadi kebakaran, para korban hanya bisa mengandalkan pertolongan warga. Saksi mata, M. Imron, menuturkan, warga berusaha memberikan bantuan secara maksimal. Mereka menggunakan peralatan seadanya untuk memadamkan api. ’’Pakai ember, pakai air sumur dekat situ. Panik semua,’’ ujarnya.
Dia menyatakan, ada salah seorang korban selamat yang berteriak minta tolong. Korban itu menghuni kamar kos lantai 1. ’’Dia keluar, lalu teriak kobongan,’’ ucapnya.
Teriakannya kencang. Para warga langsung berhamburan keluar. Mereka kaget. Sebab, api sudah membesar di dekat tangga. Saat itu warga bisa melihat jelas jilatan si jago merah. Pintu gerendel berwarna hijau terbuka. Namun, tak ada warga yang berani mendekat.
Mereka memadamkan api dari jarak yang dianggap aman. Beberapa saat kemudian, warga terkejut. Ada seorang pria yang melompat dari jendela lantai 2. Dia jatuh tersungkur. Tangan kirinya terluka. Patah di bagian siku sebelah kiri. ’’Langsung diarahkan warga buat menjauh dari TKP,’’ kata Imron.
Belum berhenti di situ. Ternyata, ada empat orang yang mengantre dari balik jendela. Istri pria yang melompat itu mengikuti jejak suaminya. Padahal, dia sedang mengandung tujuh bulan. Dia melompat dari teras ke samping rumah seorang warga bernama Nanik.
Orang-orang segera menyodorkan tangga untuk membantu dia turun lewat rumah Nanik. Api tak kunjung padam. Masih ada dua orang yang belum melompat dari balik jendela. Dua korban terakhir yang melompat adalah ibu yang menggendong anak perempuannya.
Kaki ibu itu dijulurkan ke luar jendela. Menapaki genting yang panas. Sambil menangis ketakutan, dia memikirkan nasib anaknya. Akhirnya, dia memutuskan turun. Hadi, saksi lain, menyebut ibu itu melompat ke rumah Nanik. Sang anak yang sedari tadi digendong lepas dari pelukannya. Bayi perempuan 11 bulan itu mujur. Dia jatuh ke atas tumpukan karung yang empuk. ’’Begitu jatuh langsung saya ambil bayinya,’’ ujarnya.
Warga meminta sang ibu turun lewat tangga. Sambil menangis tersedu, dia menuruni satu per satu anak tangga kayu itu. Setelah sampai di bawah, dia kembali memeluk anaknya. Warga memintanya menjauh ke arah timur. ’’Nangis terus, dipeluk sambil lari,’’ tutur Imron.
Hingga berita ini diturunkan, para korban masih dirawat di rumah sakit.