Panik setelah Pengumuman Ada Bahan Berbahaya
Pengakuan Tersangka Ancaman Bom di Pesawat
PONTIANAK – Penyidikan ancaman bom di pesawat Lion Air JT 687 tujuan Pontianak–Jakarta pada Senin lalu (28/5) bergulir. Frantinus Nirigi, 26, yang nyeletuk di dalam tasnya ada bom ketika berada di dalam pesawat, kini ditahan di Mapolresta Pontianak
Dia berstatus tersangka. Kapolresta Pontianak AKBP Wawan Kristyanto menyatakan, sampai saat ini masih ada satu tersangka. Terkait pembuka pintu darurat yang disebut-sebut pihak Lion Air akan dilaporkan juga, belum masuk laporannya. ”Kalau pramugari dan petugas keamanan (Bandara) Supadio sejauh ini masih sebagai saksi,” katanya kepada Pontianak Post (Jawa Pos Group) kemarin (30/5).
Kini, lanjut Wawan, penyidikan tidak dilakukan lagi oleh polisi. Tapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penerbangan Direktorat Jenderal Hubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Sementara itu, kuasa hukum Nirigi, Theo Kristoporus Kamayo, menyatakan bahwa penetapan status tersangka terhadap alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untan Pontianak tersebut terlalu gegabah. Ucapan Nirigi bahwa di tasnya ada bom, menurut Theo, ada penyebabnya.
”Dari pertemuan yang kami lakukan dengan Nirigi, dia memang mengaku mengucapkan kata bom itu. Ucapan itu disampaikan karena ada tindakan kurang baik yang dilakukan salah satu pramugari pesawat,” ungkapnya.
Theo menjelaskan, kata bom itu terucap ketika seorang pramugari menghampiri dan menegur Nirigi saat tas yang berisi tiga unit laptop tersebut tidak disimpan di bagasi. ”Menurut Nirigi, bagasi sudah penuh sehingga dia terpaksa memegangi tasnya. Saat ditegur, dia pun menyerahkan tasnya kepada pramugari,” terangnya.
Saat pramugari akan menyimpan tas itu, Nirigi merasa pramugari tidak berhati-hati. Khawatir tiga laptop di dalam tas tersebut rusak, dia nyeletuk di dalam tas ada bom. ”Klien spontan. Akhirnya ucapan yang keluar ’jangan kasar-kasar, itu bom’. Oleh pramugari dibilang tidak boleh bercanda tentang bom. Nirigi lalu menundukkan kepala dan meminta maaf atas perkataannya,” terang Theo.
Masih dari pengakuan Nirigi, lanjut Theo, tidak lama setelah kejadian itu, Nirigi lalu dipanggil pilot untuk mengklarifikasi ucapannya sambil membawa tas yang dibilang berisi bom tersebut. Setelah dicek, ternyata isinya memang laptop.
Setelah klarifikasi, Nirigi disuruh duduk lagi di kursinya. Tapi, beberapa menit kemudian, terdengar pengumuman bahwa penumpang diminta keluar melalui pintu utama. ”Namun, pengumuman itu tidak digubris. Lalu terdengar pengumuman kedua: penumpang diminta keluar dari pintu utama karena ada bahan berbahaya yang dapat meledak,” bebernya.
Theo menambahkan, dari pengakuan Nirigi, pada pengumuman kedua itulah penumpang panik. Sampai-sampai ada yang membuka pintu darurat. Selanjutnya, belasan penumpang terluka karena terjatuh dari sayap pesawat.