Jawa Pos

Malu saat Ditanya tentang Masa Lalu

Kisah Lima Sekawan Bocah Mualaf di Ponpes Bumi Aswaja, Dukun

-

LANTUNAN azan begitu merdu Minggu sore itu (13/5). Dari pengeras suara Masjid Jamik Vijays Al Irsyad, suara Abdul Kudus terdengar memanggil para santri dan ustad Ponpes Bumi Aswaja. Saat salat Asar tiba.

Kudus adalah salah seorang santri. Remaja 14 tahun tersebut merupakan mualaf asal Nusa Tenggara. ’’Temanteman sekolah libur. Saya diminta ustad untuk azan,’’ kata Kudus yang sore itu giliran menjadi muazin.

Ustad yang dimaksudka­n Kudus adalah ustad Ahmad Irsyadul Ibad Zarachim, 52, pemangku ponpes di Desa Wonokerto, Kecamatan Dukun, tersebut. Irsyad –sapaan Ahmad Irsyadul Ibad Zarachim– memilih Kudus bukan tanpa alasan. Remaja tanggung itu memiliki suara yang khas. ’’Suaranya merdu,’’ katanya. Santri-santri juga suka dengan nadanya.

Kudus kini duduk di kelas VIII MTs

Maarif Tanwirul Qulub di Desa Wonokerto, Dukun. Dia nyantri sejak 2014. Tidak sendiri.

Kudus menjadi mualaf bersama empat bocah lain asal Nusa Tenggara. Mereka adalah Abdul Malik, 14; Abdullah, 13; Ahmad, 14; dan Jamilah, 11. Mereka aktif dalam kegiatan ponpes. Terutama Kudus. ’’Setiap Ramadan dia selalu tadarus sampai pukul 11 malam,’’ ucap Irsyad.

Suami Sri Henni Ummi Nashriyah itu menambahka­n, empat bocah santri tersebut punya tugas dan kewajiban yang sama dengan santri lain. Wajib ikut kegiatan. Misalnya, mengaji Alquran dan kitab-kitab pondok. Juga, salat Tahajud di setiap pengujung malam. Semua tidak terjadi begitu saja.

Awal-awal belajar di ponpes begitu sulit. Mengaji, salat, serta tata krama bukan hal mudah dan indah bagi yang belum terbiasa. Dulu, Kudus tidak terlalu suka pakai baju. ’’Waktu awal-awal, dikasih pakaian malah dibuang,’’ ungkap Irsyad, lantas tersenyum. Pernah ada pengalaman lucu. Pada suatu sore Kudus mandi. Setelah selesai, dia keluar kamar mandi begitu saja. Tanpa pakaian. Santri-santri lain tentu histeris. Ketika ditanya, dia mengaku khilaf. Malu.

Anak-anak juga biasanya punya energi berlebih. Pada suatu hari, Kudus memanjat pohon mangga. Lalu, dia berjalan menyusuri asbes atap gazebo tempat santri mengaji. Lari-lari kecil dengan lincah. Namun, karena tidak kuat menahan beban tubuh Kudus, atap ambrol. Bocah itu pun terjun bebas. Yang aneh, anak-anak biasanya pasti merasakan sakit saat jatuh. ’’Tapi, Kudus tidak merasa sakit,’’ paparnya.

Ditanya tentang peristiwa itu, Kudus terlihat malu. Dia hanya berkata pendek, ’’Itu dulu.’’ Lalu, dia menutupi wajahnya dengan kopiah. Empat temannya tersenyum melihat tingkah Kudus.

 ??  ??
 ?? CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS ?? BETAH: Abdul Kudus (kiri) dan kawan-kawan sedang mengaji bersama Ustad Irsyad di masjid ponpes Minggu (27/5).
CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS BETAH: Abdul Kudus (kiri) dan kawan-kawan sedang mengaji bersama Ustad Irsyad di masjid ponpes Minggu (27/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia