Jawa Pos

Dua Bulan Rancang Sandiwara Kematian

Arkady Babchenko yang ”Hidup” Lagi 24 Jam setelah ”Dibunuh”

-

Berita kematian Arkady Babchenko Selasa (29/5) menghebohk­an dunia. Jurnalis Rusia itu, katanya, ditembak tiga kali dari belakang. Kremlin dituding sebagai dalang pembunuhan­nya. Rusia dan Ukraina sampai perang urat saraf.

BEBERAPA jurnalis terkesiap ketika pria berbaju hitam itu memasuki ruangan konferensi pers di Kiev, Ukraina, Rabu (30/5). Beberapa saat kemudian, gemuruh tepuk tangan terdengar dari berbagai sudut.

Lelaki yang membuat heboh itu adalah Arkady Babchenko, jurnalis berkewarga­negaraan Rusia. Betapa tidak, sehari sebelumnya dia dilaporkan tewas. Tubuhnya ditemukan istrinya, Olga Kashaikina, dalam genangan darah di apartemen mereka. Babchenko ditembak setidaknya tiga kali dari belakang. Dia dilarikan ke rumah sakit. Tapi, di dalam ambulans, nyawanya tak tertolong.

Berdasar penyelidik­an polisi, jurnalis yang tinggal di Ukraina sejak 2017 itu dibunuh. Para pejabat Ukraina langsung menuding Rusia di balik pembunuhan tersebut. Rusia mencak-mencak dan balik menuding Ukraina.

Para jurnalis juga menangisi kepergian rekannya yang terkenal kerap mengkritik Kremlin itu. Ratusan obituari ditulis untuk mengenangn­ya.

Ternyata, kematian itu drama semata. Sandiwaral­ah yang diungkap dalam konferensi pers tersebut. ”Itu adalah konferensi pers terbaik dalam hidup saya,” ujar Olga Musafirova, salah seorang jurnalis yang hadir, seperti dilansir Reuters. Dia mengaku menangis bahagia saat tahu koleganya itu masih hidup.

Setelah konferensi pers, beberapa jurnalis Ukraina merayakan ”kebangkita­n” Babchenko dari kematian dengan minum sampanye bersama.

Kepada media, Babchenko menyatakan bahwa dirinya mendapatka­n informasi ada seseorang yang berusaha membunuhny­a sekitar dua bulan lalu. Sebab, Kremlin mengingink­an nyawanya.

Jurnalis yang pernah ikut dalam Perang Chechnya itu memang dikenal vokal. Dia tak pernah takut mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin dan jajaran pemerintah­annya. Gara-gara terlalu kritis itu, dia mendapat banyak ancaman. Bapak satu anak tersebut akhirnya pindah ke Ukraina.

Security Service of Ukraine (SBU) memberi tahu Babchenko bahwa Moskow merekrut orang di Ukraina. Orang itu harus mencari pembunuh bayaran. Ada 30 orang yang ditarget. Babchenko adalah salah satunya.

”SBU menunjukka­n saya buktibukti­nya dan saya yakin (rencana pembunuhan) itu berasal dari Rusia. Mungkin dari pejabat keamanan negara,” terang Babchenko.

SBU pun merencanak­an aksi yang menghebohk­an itu. Babchenko akan pura-pura mati ditembak agar pria yang menjadi perantara itu merasa usahanya berhasil dan muncul.

Sesuai dengan perkiraan, setelah Babchenko tewas, pria yang menjadi perantara itu muncul. Dia lantas ditangkap polisi Ukraina.

Aksi Babchenko itu dipuji sekaligus dikritik. Tindakanny­a bisa membuat media dan jurnalis tidak dipercaya. Babchenko yang jurnalis kenamaan justru memanipula­si berita. Kritik bertubi-tubi juga diarahkan ke Ukraina.

Rusia, di lain pihak, seperti mendapatka­n amunisi untuk menyerang balik. Selama ini, mereka mengklaim tak pernah mendalangi pembunuhan kritikus Kremlin di luar negeri. Semua hanya tudingan palsu dan sandiwara. Sama seperti sandiwara pembunuhan Babchenko.

 ?? VALENTYN OGIRENKO/REUTERS ?? BATAL MATI: Arkady Babchenko (kanan) bersama Kepala SBU Vasily Gritsak.
VALENTYN OGIRENKO/REUTERS BATAL MATI: Arkady Babchenko (kanan) bersama Kepala SBU Vasily Gritsak.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia