Salah Satu Kunci Kebangkitan Bulu Tangkis Jepang
Penggunaan Video Analisis sebagai Bekal Pemain sebelum Bertanding
Sejak 2013, PP PBSI memiliki tim video analisis yang dibawa ke mana pun setiap kali atlet bertanding. Termasuk di Thomas-Uber Cup 2018 lalu. Hampir semua negara melakukan hal yang sama.
BILA menyaksikan pertandingan Thomas-Uber Cup 2018 di Impact Arena, Bangkok, 20–27 Mei lalu, terlihat sejumlah ofisial tim peserta yang merekam jalannya pertandingan dari tribun penonton. Hampir semua tim besar punya. Termasuk Indonesia tentunya.
Tim Video Analisis Indonesia dipimpin Kabid Pengembangan dan Sport Science PP PBSI Basri Yusuf. Dia membawa dua stafnya, Hasanuddin Purnama dan Ronald Sanduan. ’’Kami setiap hari memasang empat kamera yang dioperasikan dua orang,’’ kata Basri saat ditemui sebelum partai perempat final antara Indonesia dan Malaysia Kamis (24/5).
Kehadiran tim video analisis di tim Thomas dan Uber Cup sangat vital. Sebelum bertanding, pemain butuh bekal mengenai profil permainan lawan. Terutama kelemahan yang dimiliki lawan. Menurut Basri, Jepang yang mengawali tren tersebut. Kirakira delapan tahun silam. Lalu diikuti negara-negara lain.
Mungkin itu adalah jawaban mengapa Jepang yang dulunya tidak diperhitungkan dalam kancah bulu tangkis dunia belakangan menjadi tim yang ditakuti. Pada Thomas-Uber Cup 2018, tim putra dan putri lolos ke final. Tim putri sukses memboyong piala Uber, sedangkan tim putra menjadi runner-up.
Menurut Basri, setelah pertandingan selesai, anggota timnya melakukan
tagging atau penandaan pada hasil rekaman tersebut melalui sebuah
software. Hasilnya, diketahui statistik pemain itu selama pertandingan. Misalnya, lebih banyak mati di sisi kanan atau kiri, melakukan smes setelah berapa kali pukulan, arah
dropshot serta smes lebih banyak ke mana, dan sebagainya.
’’Intinya, kami jadi tahu kebiasaan seorang pemain. Untuk ganda lebih rumit lagi. Kami harus bisa mengetahui kebiasaan pergerakan pemain setelah servis. Itu sangat penting bagi pemain ganda,’’ jelas Basri.
Biasanya proses tagging tersebut membutuhkan waktu sekitar 30 menit. PP PBSI membuat sendiri software itu. Dari pengalaman Basri, tim video analisis setiap negara juga memiliki software masing-masing.
Setelah selesai proses tagging, keluarlah hasil statistiknya. Oleh Basri, hasil statistik tersebut dianalisis, lalu diserahkan kepada pelatih. Video dan hasil analisis itu digunakan pelatih untuk berdiskusi dengan pemain sebelum pertandingan.
Tim video analisis tersebut tidak hanya ada saat Thomas-Uber Cup 2018. Pada turnamen-turnamen perorangan pun, PP PBSI selalu membawa tim itu. ’’Tapi, kalau di turnamen perorangan, biasanya cukup satu orang yang merekam,’’ ujarnya.