Sembahyang untuk Kemenangan Kebaikan
SURABAYA – Langit temaram di atas Pura Agung Jagat Karana, Jalan Ikan Lumba-lumba, Perak Barat, Krembangan, Rabu (30/5). Umat Hindu mulai berdatangan. Mereka berkumpul untuk melakukan sembahyang memeringati Hari Raya Galungan. Hari itu merupakan peringatan atas terciptanya alam semesta beserta isinya. Selain itu, Hari Raya Galungan menandakan kemenangan darma atau kebaikan melawan adarma atau kejahatan. Perayaan tersebut berlangsung setiap 6 bulan sekali (210 hari), tepat pada Rabu.
Hingga pukul 21.30, ribuan umat masih memenuhi kawasan pura. Sebelumnya, selama dua jam mereka mengikuti sembahyang yang dipimpin Pandita Ida Pedanda Gede Anom Jala Karana Manuaba. Setelahnya, mereka mendapat hiburan topeng monyer.
Mereka tergelak saat Agung Gede Wijaya Raditia, pemeran topeng monyer, mengajak tiga anak kecil dan mendadani mereka dengan topeng
’’Lumayan buat hiburan. Kan sudah berjam-jam ibadah khusyuk setelah beraktivitas seharian,’’ ujar Agung yang juga menjabat kepala urusan rumah tangga pura tersebut.
Dia menjelaskan, perayaan Galungan di Surabaya memang tidak semeriah di Bali. Di sana masyarakat mendapatkan hari libur selama tiga hari. Yakni, hari sebelum Galungan untuk bersihbersih, Hari Galungan untuk beribadat, dan hari setelahnya untuk bersukacita. ’’Di sini kami menyesuaikan. Waktu beribadatnya jadi malam, menunggu orang selesai beraktivitas. Lalu, hiburannya langsung ditampilkan di pura,’’ ungkapnya.
Ibadat di pura itu dibagi dalam tiga gelombang. Yaitu, pukul 19.00, pukul 21.00, dan 22.00. Semuanya ramai. Para umat menantikan percikan air suci dari pemangku pura. ’’Ini juga menjadi bukti bahwa umat beragama masih bersemangat beribadat di tengah keresahan setelah insiden bom,’’ kata Sekretaris Majelis Hindu Dharma Indonesia Surabaya Ketut Gotra Astika.