Metode Baru Tanam Mangrove di Tepi Laut
SURABAYA – Upaya menambah luasan tanaman mangrove terus dilakukan. Salah satunya, dengan menanam mangrove di daerah laut. Kemarin (31/5) Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Surabaya mencoba teknik baru penanaman.
Pohon yang memiliki habitat air tersebut ditanam di muara Sungai Londo. Dibutuhkan waktu 30 menit dengan menggunakan perahu dari dermaga Ekowisata Mangrove Wonorejo. Waktu penanaman sengaja dipilih siang hari. Saat itu air sedang pasang dan gelombang lebih tenang.
Sebanyak 50 batang pohon mangrove dibawa untuk diuji coba. Metode yang diterapkan berbeda dengan cara menanam biasanya. Mangrove ditanam di lokasi yang tidak terkena gelombang air. Lokasinya di pinggir aliran sungai atau daerah berlumpur.
Kemarin dicoba metode baru. Mangrove ditanam di lokasi yang langsung terkena gelombang. Namun, ada keranjang khusus dan bambu sebagai penahan gelombang. Tujuannya, tanaman tidak goyang dan hanyut terkena air.
Kepala DKPP Joestamadji menyatakan, metode itu dinilai cukup efektif untuk diterapkan di daerah tepi laut. Peluang mangrove untuk tumbuh lebih besar. Sebelumnya, teknik tersebut pernah dicoba, namun tanpa keranjang. Akibatnya, bibit hanyut karena terkena arus.
Joestamadji menuturkan, penanaman di laut sengaja dilakukan untuk menambah luasan ekowisata mangrove. Bukan ke arah darat, tapi ke arah alut. ’’Kalau sudah besar, bagus untuk menahan abrasi. Selain itu, memperbaiki ekosistem laut,” katanya.
Untuk memantau perkembangan, setiap minggu petugas akan mengecek kondisi mangrove. Selain menjaga agar mangrove tetap tertanam, petugas mengevaluasi kelebihan dan kekurangan metode tersebut.
Jika uji coba itu berhasil, metode yang sama akan diterapkan di titik-titik lain. ’’Uji coba sekarang masih fokus pada kawasan mangrove Wonorejo dan Medokan Ayu,” ucapnya. Hingga sekarang, DKPP telah menanam 30 ribu bibit pohon mangrove di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar.