Jawa Pos

Sudah Empat Tahun Jadi Ketua RT

Terduga Teroris Asal Perumahan Wisma Tropodo

-

SIDOARJO – Sejak ditangkap Densus 88 Antiteror pada Rabu (30/5), nama Imam Bahri menjadi perbincang­an. Terutama di Perumahan Wisma Tropodo, Waru. Banyak warga yang tidak menduga Imam terkait dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

’’Saat ditangkap, orangnya (Imam, Red) naik motor,’’ kata Choirul Anam, salah seorang warga. Anam melihat detik-detik penangkapa­n Imam. Sebab, pihak berwajib menghentik­an motor terduga teroris tersebut tidak jauh dari warungnya. Sebagian petugas mengenakan seragam hitam. Namun, mayoritas berpakaian biasa dengan membawa senjata laras panjang.

’’Dia kaget ketika mendadak motornya dicegat. Dia kelihatan sedikit berontak, tapi langsung dimasukkan ke mobil,’’ ujar pemuda 32 tahun tersebut.

Anam hampir setiap hari melihat Imam lewat. Seperti warga lain, Anam tidak curiga. Imam juga tidak menunjukka­n gelagat mencurigak­an. Misalnya, dalam hal berpakaian. ’’Orangnya baik. Termasuk istri dan anak-anaknya,’’ ucapnya.

Indra Setiawan, warga lain, mengungkap­kan bahwa Imam sebenarnya cukup terbuka dengan warga. Imam nyaris tidak pernah absen kegiatan lingkungan perumahan. Mulai hajatan sampai kerja bakti. ’’Jadi pengurus masjid juga. Nggak nyangka kalau sampai harus berurusan dengan densus,’’ tuturnya.

Ungkapan senada dilontarka­n Ade, sekretaris RW 3, Tropodo. Imam yang menjabat ketua RT 31, RW 3, termasuk jajarannya. ’’Kalau ada rapat, beliau (Imam, Red) sering datang. Lumayan lama jadi RT. Sejak empat tahun lalu,’’ jelasnya.

Sementara itu, Polresta Sidoarjo belum berkomenta­r terkait dengan penangkapa­n terduga teroris baru tersebut. Sebab, perkara tersebut merupakan wewenang Densus 88 Antiteror. ’’Yang pasti, ada kaitan dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah),’’ ungkap salah seorang petugas yang ikut mengamanka­n jalannya penggerebe­kan.

Imam masuk radar pengintaia­n karena diduga memiliki hubungan dengan Dita Oepriarto, ketua JAD Surabaya yang juga bomber bom bunuh diri di gereja Surabaya. Dia disebut-sebut pernah beberapa kali mengikuti pengajian bersama Dita. ’’Dari rumahnya diamankan ponsel sama laptop untuk ditelusuri sejauh mana hubunganny­a,’’ paparnya.

Jawa Pos berupaya menghubung­i keluarga Imam di rumahnya. Namun, rumahnya terlihat sepi. Meski Jawa Pos sudah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. ’’Kemarin, setelah penangkapa­n, istrinya keluar,’’ kata salah seorang tetangga yang tidak mau menyebutka­n namanya.

Imam adalah pendatang di Kota Delta. Dia tumbuh besar di Makassar, Sulawesi Selatan. ’’Tetapi, lahir di Pasuruan. Mulai menetap di sini sejak menikah. Dulu rumah ini milik orang tua istrinya,’’ jelasnya.

 ?? BOY SLAMET/JAWA POS ?? BUKA BERSAMA: Dari kiri, Kajari Budi Handaka, Wabup Nur Ahmad Syaifuddin, dan Bupati Saiful Ilah di kantor kejari.
BOY SLAMET/JAWA POS BUKA BERSAMA: Dari kiri, Kajari Budi Handaka, Wabup Nur Ahmad Syaifuddin, dan Bupati Saiful Ilah di kantor kejari.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia