Target Pertumbuhan Lebih Pesimistis
JAKARTA – Optimisme pemerintah mulai surut. Awalnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 5,4–5,8 persen. Namun, dalam rapat kerja komisi XI DPR dengan pemerintah disepakati target pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya 5,2–5,6 persen. Angka itu sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tidak ada yang berbeda dengan posisi pemerintah. Karena sekalipun menetapkan kisaran di angka 5,4–5,8 persen, pihaknya meyakini tahun depan pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai target terbawah. ”Kalau upper end mau diturunkan enggak ada masalah, dan kalau lower end-nya mau diturunkan ke 5,2 persen mengikuti BI saja. Jadi, 5,2–5,6 persen enggak ada masalah,” terang Sri Mulyani di gedung DPR Jakarta kemarin (5/6).
Sementara itu, inflasi disepakati sama seperti usulan sebelumnya, yakni 2,5–4,5 persen. Lalu, nilai tukar rupiah disepakati Rp13.700–Rp14.000 per USD atau lebih kuat daripada usulan BI, yaitu Rp13.800–Rp14.100 per USD.
Terkait dengan penetapan kisaran kurs tersebut, BI mengaku tidak keberatan. ”BI tidak ada masalah dengan batas atas tersebut melihat ketidakpastian menghadapi Fed. Rp 14.000 telah merefleksi faktor negatif dan positif yang telah dijelaskan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di gedung DPR kemarin.
Kemudian, suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan disepakati 4,6–5,2 persen. Target pembangunan meliputi angka kemiskinan berada di 8,5–9,5 persen.
Selanjutnya, tingkat pengangguran terbuka 4,8–5,2 persen dan gini rasio 0,38–0,39 serta indeks pembangunan manusia (IPM) 71,98 persen.