Jawa Pos

Sopir Alphard Hanya Senggol Motor Parkir

Akibat Amuk Massa, Mata Kanan Terancam Buta

-

SURABAYA – Sopir Toyota Alphard Hartono Handoko yang diduga terlibat kasus tabrak lari Kamis malam (31/5) belum bisa dimintai keterangan. Kondisinya belum juga membaik sejak dihajar massa di depan Mako Pasmar 1 Gedangan, Sidoarjo. Massa mengamuk karena mengira Hartono melarikan diri setelah menabrak pengendara hingga tewas.

Namun, tudingan itu ternyata salah. Bahkan, hingga kini belum ada korban tabrak lari yang melapor kepada polisi. Hartono menunjuk Muchenni sebagai kuasa hukumnya. Koordinasi dengan kepolisian diserahkan sepenuhnya kepada Muchenni.

Saat dihubungi, Muchenni menyebut kliennya masih mendapat perawatan khusus di bagian mata. Penglihata­nnya yang terganggu membuat jadwal pemeriksaa­n dengan kepolisian harus ditunda. Hartono yang juga seorang pengacara bakal dipindahka­n ke rumah sakit khusus mata. Belum ditentukan rumah sakit mata mana yang dituju. Namun, hingga kemarin Hartono masih dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Jalan Satelit Surabaya. ’’Semakin memburuk. Mata kanannya saat ini tidak bisa melihat sama sekali. Terancam buta. Yang kiri masih buram,’’ kata Muchenni kemarin (6/6)

Muchenni mengaku heran dengan kondisi mata Hartono. Saat menjenguk, dia melihat mata kiri Hartono yang parah. Pelipis matanya robek. Kelopak mata bengkak. Bola mata kirinya juga merah setelah dicolok bambu oleh warga. Namun, justru mata kanannya yang terancam buta. Selain bogem mentah dari warga, kepala Hartono dihantam dengan batu dan bambu. ’’Kemungkina­n itu mengenai sarafnya,’’ ujar Muchenni.

Meski sudah menunjuk kuasa hukum, Hartono belum menentukan sikap lebih lanjut. Karena itu, Muchenni belum menyiapkan apa pun dalam perkara itu. ’’Nunggu Pak Hartono sembuh dulu, baru masuk ke perkaranya,’’ jelasnya.

Jika melihat kronologi yang disampaika­n Hartono, Muchenni yakin kliennya adalah korban salah tangkap warga. Tudingan tabrak lari hingga menewaskan tiga warga tak terbukti. Dia meluruskan bahwa kliennya memang sempat menyenggol motor yang terparkir di G-Walk, CitraLand. Bukan menabrak motor secara membabi buta seperti yang dituduhkan saat pengejaran.

Setelah menyenggol motor yang terparkir itu, pria 61 tahun tersebut terus merasa tidak ada masalah berarti. Apalagi, pemilik motor tidak melakukan komplain. Namun, saat berada di Jalan Lontar, istrinya merasa dibuntuti oleh Avanza putih. Sopir Avanza tersebut meneriakin­ya agar berhenti. Hartono panik. Apalagi, dia baru saja mengambil uang tunai dari ATM untuk sangu anaknya yang bakal kuliah ke Amerika Serikat.

Hartono sempat kepikiran bahwa teriakan itu imbas dari senggolan dengan motor di parkiran G-Walk sebelumnya. Namun, dia heran mengapa yang mengejar Avanza putih, bukan pemilik motor. Maka, dia berpikir bahwa mobil tersebut memiliki niat jahat. Teriakan agar berhenti pun tidak diindahkan­nya. Dia sempat mencari pos polisi terdekat di Darmo Satelit untuk mencari perlindung­an. Namun, polisi tak ada di tempat. ’’Akhirnya kenceng ke Mayjen Sungkono sampe mutar-mutar itu,’’ ujar Muchenni.

Sementara itu, Kanitlaka Lantas Polrestabe­s Surabaya AKP I Gede Ketut Antara menyatakan bahwa teka-teki kecelakaan Alphard sedikit menemui titik terang. Berdasar keterangan sejumlah saksi, kejadian bermula di sekitar G-Walk, Citraland. Di lokasi tersebut, Hartono memang menyerempe­t sepeda motor yang terparkir.

Hartono sempat turun dan memastikan bahwa tidak ada yang komplain. Dia pun melanjutka­n perjalanan. Namun, sesampainy­a di Lontar, ada sejumlah orang yang berteriak memintanya berhenti. ’’Dan dari sana aksi kejar-kejaran itu dilakukan,’’ terangnya.

Dia menyatakan, satu-satunya cara agar misteri tabrak lari itu semakin terang adalah menunggu Hartono.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia