Jawa Pos

Motivasi dari Memori Raket Pemberian Ayah di Bandara

Putra Mainaky, Klub Tempat Generasi Penerus Klan Mainaky di Bulu Tangkis Diasah

- AGAS PUTRA HARTANTO, Tangerang Selatan

Putra Mainaky mendidik sembilan pemain yang seluruhnya masih terikat hubungan persaudara­an. Prestasi putri Rionny paling menonjol dan putra Marlev berpotensi ikuti jejak sang ayah di tunggal putra.

YANG mereka hadapi sejatinya adik dan sepupu sendiri. Yang mengawasi di pinggir lapangan juga ayah atau paman sendiri.

Tapi, tak ada ”persaudara­an” pada sore di akhir Mei lalu itu. Dua ganda campuran dan dua tunggal putra habis-habisan mengejar shuttlecoc­k. Berusaha saling mematikan satu sama lain di dua lapangan di dalam Gedung Olahraga PB Focus, Pondon Pucung, Tangerang Selatan.

Dari pinggir, Marlev Mainaky bergantian mengawasi anak asuhnya yang tengah mandi keringat di kedua lapangan. ”Ayo, gerakan kakinya dipercepat,” kata Marlev saat mengawasi permainan Alwen Jantje Putra Mainaky, 18, yang tengah menghadapi adiknya, Alden Lefinson Putra Mainaky, 16

J

Dua pemain itu, Alwen dan Alden, putra Marlev. Tapi, instruksi tetap diberikan dengan tegas. Begitu pula ketika berganti mengawasi permainan ganda campuran Marcelino Paruntu/Maria Natalia Kartika Mainaky yang menghadapi Joshua Kussoy/Windy Rumawir.

”Main penempatan dulu kalau bolanya sulit,” teriak juara tunggal putra Indonesia Terbuka 2001 itu.

Seperti juga Alwen dan Aden, empat pemain tersebut masih memiliki hubungan darah dengan mantan asisten pelatih tunggal putri Pelatnas Cipayung itu. Maria adalah putri Richard Mainaky, abang Marlev. Sedangkan Marcelino, Joshua, dan Windy keponakan Richard dari pihak istri.

Putra Mainaky, klub tempat para pemain dan pelatih itu bernaung memang klub keluarga. Berdiri pada 2004, itulah jalan yang ditempuh Mainaky bersaudara untuk meregenera­si pemain dari klan paling terkenal dalam perbulutan­gkisan Indonesia itu.

Dari tujuh bersaudara pasangan Jantje Rudolf Mainaky dan Venna Heuvelman, hanya putra pertama, Marinus Rudolf Thomas Mainaky, dan putri keenam, Valentina V.D. Mainaky, yang tidak menggeluti bulu tangkis.

Selebihnya, Richard Leonard Mainaky, Rionny Frederich Lambertus Mainaky, Rexy Ronald Mainaky, Marlev Mario Mainaky, dan Karel Leopold Mainaky adalah namanama besar yang mengharumk­an nama bangsa di kancah bulu tangkis dunia.

Prestasi Rexy bisa dibilang yang paling mentereng. Berpasanga­n dengan Ricky Subagja, pria yang kini melatih di Thailand itu sukses menjuarai, antara lain, Kejuaraan Dunia 1995, All England 1995 dan 1996, serta Olimpiade 1996.

Sementara itu, Marlev yang bermain di sektor tunggal putra tercatat menjuarai Amerika Serikat Terbuka 1993, Indonesia Terbuka 2001, dan Swiss Terbuka 2002. Adapun Richard adalah aktor di balik raihan gemilang ganda campuran Indonesia. Termasuk Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang merebut emas di Olimpiade 2016.

Rionny dan si bungsu Karel pun berkarir sebagai pelatih setelah gantung raket. Saat ini mereka tercatat sebagai pelatih bulu tangkis tim nasional Jepang. ”Rionny melatih ganda putra utama Jepang. Karel sebagai pelatih ganda putri pratama,” ucap Marlev.

Putra Mainaky dibiayai secara patungan oleh Mainaky bersaudara. Total ada sembilan pemain yang dibina. Seluruhnya masih keluarga sendiri.

Selain enam pemain di atas, masih ada Lyanny Alessandra Mainaky, anak pertama Rionny. Juga, Marvin Pessa Tambara Mainaky dan Mario Verdiano Ben Oni Mainaky, anak Thomas. Khusus Lyanny ditangani ibunya, Frily Karundeng, di Jepang.

Sembilan pemain itu dibagi ke dalam tiga kelompok umur. Joshua dan Alden sesuai umurnya yang masih 16 tahun. Mario, Marcelino, dan Alwen yang berusia 18 tahun masuk kelompok taruna. Lalu, Lyanny, Marvin, Maria, dan Windy termasuk kelompok usia dewasa di atas 21 tahun.

Dua anak Rexy justru tidak ingin menekuni bulu tangkis. Geraldine Mainaky dan Christian Rudolf Mainaky memilih fokus bersekolah. Geraldine kuliah di Inggris dan Christian di Malaysia. ”Sampai saat ini hanya keluarga. Sebab, kami belum memiliki manajemen profesiona­l,” kata Marlev.

Pendanaan klub juga patungan Mainaky bersaudara yang lahir dan besar di Ternate, Maluku Utara. Baik untuk sewa gedung, pengadaan peralatan, maupun untuk mengikuti turnamen.

Marlev bertindak sebagai pelatih kepala. Dia dibantu seorang asisten. Sedangkan Richard hanya sebagai penasihat.

Sebab, pria 53 tahun itu berstatus pelatih PB Djarum Kudus. ”Isi perjanjian kontraknya tidak boleh melatih di klub lain. Saya harus hormati itu,” jelas Richard yang duduk di tribun penonton di sesi latihan sore pada akhir Mei lalu itu.

Tapi, tak berarti mereka hanya berlatih secara ”kekeluarga­an”. Kedisiplin­annya sama dengan di klub-klub profesiona­l lain.

Marlev melatih mereka tiap pagi dan sore. Hanya, tempat latihannya berpindah-pindah. Selain Gedung Olahraga PB Focus, juga di GOR Raffles Hills, Cibubur.

Kedisiplin­an itu ditiru langsung oleh Marlev dan Richard dari cara sang ayah mendidik mereka dulu.

”Papa itu sangat disiplin,” katanya. Pada akhir pekan, tak jarang Jantje menyuruh anak-anaknya lari di sekitar Gunung Gamalama sebagai bagian latihan fisik. Lapangan bulu tangkis dibangun di belakang rumah yang berlokasi di Kampung Sarani, Ternate.

Lapangan beralas tanah dengan garis yang dibuat dari bilah bambu. ”Saat itu ayah mungkin berpikir bulu tangkis yang punya peluang paling besar untuk anak-anaknya berprestas­i. Bukan sepak bola, tinju, atau karate seperti mayoritas hobi penduduk Ternate saat itu,” kata Richard.

Di antara sembilan pemain binaan, Lyannylah yang prestasiny­a paling menonjol. Dia menempati peringkat ke-60 dunia saat ini. Pada 2018 pebulu tangkis 21 tahun itu sudah dua kali menembus babak 16 besar turnamen superserie­s melalui kualifikas­i. Di Jerman dan Australia Terbuka.

Terbaru, sembilan pemain Putra Mainaky mampu menembus 16 besar sirkuit nasional yang diadakan di Purwokerto dan Cirebon. Untuk kejuaraan Asia junior di Tangerang Selatan pada April lalu, hanya Alden yang turun ke lapangan. Namun, langkahnya dihentikan Sulistio Tegar 9-21, 9-21 di babak kedua.

Alden, menurut Richard, punya potensi meneruskan jejak sang ayah di tunggal putra. ”Postur tinggi, jangkauan bagus, kecepetan dan kekuatan punya. Hanya tinggal mengatur mood-nya,” ujarnya.

Alwen, kakak Alden, menyebut nama besar keluarga sama sekali tak membebani dirinya dan saudara-saudaranya yang lain. Justru dia mengaku bangga.

Jadilah latihan, meski digelar secara disiplin, tetap dijalani dengan sukacita. Baik dengan sang ayah maupun ketika sang paman ikut mengawasi. ”Bedanya, kalau sama papa masih ada toleransi. Tapi kalau diawasin Om Richard nggak berani, takut dimarahi hehehe,” kata Alwen.

Marlev berharap, dengan digembleng secara serius dan disiplin, setidaknya generasi penerus Mainaky jadi tahu bagaimana perjuangan ayah dan para paman mereka dulu untuk mencapai kesuksesan.

”Paling tidak mereka merasakan apa yang kami rasakan sebagai anak daerah yang dapat keliling dunia lewat bulu tangkis.”

Begitu pula harapan Richard. Bagi dia, gemblengan di Putra Mainaky saat ini tak ubahnya raket yang diberikan sang ayah di bandara saat dia hendak ke Jakarta.

”Ini buat kamu, berjuang mati-matian. Harus berhasil,” kenangnya dengan mata sedikit berkaca-kaca.

 ?? AGAS PUTRA HARTANTO/JAWA POS ?? DINASTI BULU TANGKIS:
Dari kiri, Marlev, Alden, Joshua, Maria, Windy, Marcelino, Alwen, dan Richard di Gedung Olahraga PB Focus, Tangerang Selatan (30/5).
AGAS PUTRA HARTANTO/JAWA POS DINASTI BULU TANGKIS: Dari kiri, Marlev, Alden, Joshua, Maria, Windy, Marcelino, Alwen, dan Richard di Gedung Olahraga PB Focus, Tangerang Selatan (30/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia