Kekurangan Gizi Jadi Kendala Tindakan Pengobatan
Ahmad Bilal, Penderita Mikrosefalus yang Dirawat Nenek dan Kakeknya
Tubuh kecil Ahmad Bilal hanya bisa berbaring di tempat tidur. Kelainan otak mikrosefalus membuat kondisinya kian hari semakin lemah. Kemarin bocah 4 tahun itu mendapat perawatan dari RSUD dr Soewandhie.
AHMAD Bilal mengalami kelainan sejak lahir. Dia mengalami kelainan pengecilan pada otak atau mikrosefalus. Akibatnya, syaraf motoriknya tidak bisa bekerja secara normal. Dia kini dirawat nenek dan kakek, Karniti dan Yulianto, di sebuah rumah kecil di Jalan Rangkah VII.
Ibu Bilal meninggal saat melahirkannya pada 16 April 2014. Sementara itu, sang ayah jarang sekali menjenguknya. Padahal, dia tinggal di wilayah Kelurahan Kapas Madya Baru.
Karniti mengatakan, saat usia setahun, cucunya pernah mendapatkan perawatan dari RSUD dr Soewandhie. Bilal sebenarnya akan menjalani operasi. Namun, kondisi gizi tidak memungkinkan tindakan dilakukan kala itu. ”Saat itu dibantu sama pemkot,” ujarnya.
Kemudian, pihak Puskesmas Rangkah dan RSUD dr Soewandhie terus mengawasi kondisi Bilal. Namun, perawatan Bilal terputus. Perempuan berusia 54 tahun itu beralasan tidak ada yang mengantarkan sang cucu untuk wira-wiri.
Hingga 2016, keberadaan Bilal diketahui Tim Outreach Kecamatan Tambaksari. Mulai saat itu, bocah tersebut mendapatkan bantuan makanan. Yakni, bubur instan dan susu yang diberikan Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya untuk kebutuhan sebulan. Pemkot juga membantu kebutuhan pokok.
Nafkah sehari-hari mengandalkan dari Yulianto, yang bekerja sebagai pedagang sayur keliling. Sementara Karniti fokus mengurus Bilal. Saat ada tawaran mencuci tidak jarang juga diterimanya. Karniti mengatakan, Bilal tidak rewel. Hanya saja saat tiba-tiba syarafnya ketarik dia pasti nangis. “Jadi dia hanya bisa tidur dan berbaring saja,” katanya.
Saat itu Bilal selalu dalam pengawasan Puskesmas Rangkah dan RSUD dr Soewandi. ”Jadi, kurang tepat kalau dibilang Bilal tidak dibantu,” ujar Camat Tambaksari Ridwan Mubarun.
Dia melanjutkan, Bilal sempat belum masuk kartu keluarga sang ayah. Lalu dibantu kecamatan untuk mengurus. Karena itu, sekarang dia bisa menerima bantuan makan tersebut.
Selama setahun tidak mendapat perawatan, Bilal hanya mengandalkan terapi pijat. Paman Bilal Ahmad Hanan mengatakan, saban bulan keponakannya menjalani dua kali pemijatan. Seorang tukang pijat memberikan pelayanan secara cuma-cuma. ”Dia datang ke rumah dan memberikan terapi,” katanya.
Mencuatnya kembali soal Bilal langsung direspons Pemkot Surabaya. Pihak Kecamatan Tambaksari bersama dinas kesehatan merujuknya ke RSUD dr Soewandhie kemarin (11/6). Bocah tersebut akan menjalani perawatan. Salah satunya, pemulihan gizi.
Sebab, berdasar diagnosis dokter, Bilal mengalami kekurangan gizi. Slang makanan dipasang untuk membantu percepatan perbaikan kondisinya. Setalah itu, baru dilanjutkan dengan langkah medis berikutnya.