Syahdu Berdendang Syiir Tanpo Waton, Lir Ilir, sampai Tombo Ati
Lebih Dekat dengan Etnika Praise, Kelompok Musik GKJW Waru
Etnika Praise namanya. Mereka adalah grup musik Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Waru, Sidoarjo. Namun, grup itu juga biasa memainkan lagu-lagu bernuansa Islami.
MIFTAKHUL F.S
Ngawiti ingsun nglaras syiiran
Kelawan muji maring Pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo petungan
LAGU tersebut dikenal dengan nama Syiir Tanpo Waton. Pada Jumat dini hari (8/6), lagu itu mengalun indah di tengah tempat pengelolaan sampah terpadu KSM Janti, Waru. Saat itu sedang ada acara sahur bareng Hj Sinta Nuriyah Wahid, istri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Syiir Tanpo Waton merupakan karya KH Mohammad Nizam, pengasuh Ponpes As Shofa, Wonoayu. Namun, lagu tersebut begitu familier dengan nama Gus Dur. Saking lekatnya, kebanyakan orang mengenal Syiir Tanpo Waton dilantunkan putra pendiri NU tersebut. Bahkan, banyak pula yang menyebut sebagai Syiir Gus Dur.
Setelah Syiir Tanpo Waton dinyanyikan sebagai pembuka, dini hari itu berturut-turut mengalun tembang Lir Ilir dan Tombo Ati. Iramanya begitu syahdu. Lirik- liriknya dilantunkan dengan fasih. Ratusan orang yang hadir di TPST KSM pun larut dalam lagu-lagu religi tersebut. Tak hanya mendengarkan, mereka juga ikut melantunkan lagu itu. Semua pun seakan tak lagi menyadari bahwa lagu-lagu tersebut dibawakan kelompok musik gereja.
Sebelum mereka tampil, pembawa acara sebenarnya sudah mengumumkan bahwa yang akan tav mpil adalah kelompok musik dari GKJW Waru. Tetapi, begitu merekatampil,banyakyangmenyangka grup itu merupakan grup musik religi muslim seperti grup Kiai Kanjeng. Kebetulan kelompok musik GKJW tersebut juga menggabungkan gamelan dengan alat musik modern. ’’Kami selalu berusaha menjiwai musik yang kami mainkan,’’ ucap Gunawan Priyatmadja, pembina Etnika Praise.
Karena itu, saat membawakan Syiir Tanpo Waton, Lir Ilir, dan Tombo Ati, mereka mencoba melebur dalam nilai-nilai lagu tersebut. ”Intinya kan sama, ini merupakan seni memuji Tuhan,” ungkapnya.
Sejak awal berdiri 2014, Etnika Praise memang sudah meneguhkan diri tidak hanya ”terkungkung” di gereja. Mereka tak hanya ingin melakukan pelayanan di gereja. Atas dasar itu, 12 personel Etnika Praise menggandeng seorang kawan yang muslim bernama Sholi Rifa’i untuk bergabung.
Melalui Sholi itulah, mereka terbantu untuk menggali musikmusik religi muslim. Dari Sholi, mereka mengenal lirik dan notasi lagunya. Selain itu, setiap personel juga belajar sendiri. ”Lewat proses ini, kami pun tak mengalami kesulitan untuk memainkan lagulagu seperti ini,” jelas Ketua Etnika Praise Pandu Gagas Wicaksono.
Setelah bertahun-tahun berlatih, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan tampil di luar gereja. Tentu, hal itu sesuai dengan mimpi dan harapan mereka. Apalagi mendapat kesempatan tampil di hadapan istri Gus Dur yang tahun ini menjadi 100 tokoh perempuan berpengaruh di dunia versi majalah Time.
Etnika Praise tak mau membuang kesempatan berharga tersebut. Mereka pun bermain total. Baik yang memainkan gamelan, alat musik modern, maupun menyanyi. ”Melalui musik yang kami mainkan, kami ingin merawat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa,” tutur Pandu.