Jawa Pos

Menikmati Warna-warni Jakarta

-

PEMANDANGA­N indah Kota Jakarta bisa dinikmati saat melintas di Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR). Terutama pada malam hari.

Dari arah utara saja, kita bisa menikmati pemandanga­n kawasan industri dan terminal peti kemas di sepanjang jalan dari Cilincing menuju Cakung. Apalagi saat melewati kompleks industri Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Warna-warni lampu dari kapal yang berlabuh dan

crane (alat bongkar muat peti kemas) bertaburan.

Saat memasuki ruas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) hingga Pondok Pinang, kita akan melihat pemandanga­n gedunggedu­ng bertingkat. Terutama di daerah Lenteng Agung dan Pondok Indah. Ada hotel, perkantora­n, dan apartemen.

Di dekat simpang susun Antasari, jangan lupa menengok keindahan dan kemegahan gedung Menara 165, markas

emotional spiritual quotient (ESQ) yang digagas Ary Ginanjar Agustian. Di puncak menara tersebut, ada Masjid Ar Rahim dengan atap berhias lafaz Allah. Bersinar dengan cahaya kuning di malam hari.

Selain itu, tidak lama lagi kita bisa melihat kemegahan sistem jaringan kereta api terbesar di Indonesia yang berpusat di Depo MRT Lebak Bulus. Bisa dilihat saat melintas di ruas TMII– Pondok Pinang, tepatnya di atas flyover Lebak Bulus.

Terus ke barat dan berbelok ke utara di ruas Ulujami–Kembangan sampai Penjaringa­n, pengendara bisa menikmati pemandanga­n Kota Jakarta Barat. Kondisi jalan tol yang elevated (layang) memungkink­an pandangan luas tanpa halangan. Kalau siang, terlihat hamparan permukiman dengan atap-atap berwarna cokelat. Lalu, saat malam, ada nuansa kuning lampu jalan tol dan gedunggedu­ng apartemen di Jakarta Barat.

Di sepanjang JORR, memang tidak ada rest area. Sebab, jalan tersebut masih terhitung tol di dalam kota. Banyak akses keluar untuk sekadar mampir makan atau istirahat. Tapi, jika kendaraan kehabisan bahan bakar atau mogok, pengelola jalan tol siap membantu.

Kepala Divisi Manajemen Operasi PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JLJ) Thomas Dwiatmanto mengatakan, ada petugas yang stand

by 24 jam untuk melayani keperluan mendadak seperti kecelakaan dan kendaraan yang mogok. Sebanyak 56 petugas patroli dengan 8 kendaraan disiapkan. Juga 2 ambulans dengan 20 paramedis, 2 kendaraan rescue, dan 13 kendaraan derek berbagai ukuran. ”Semuanya kami sediakan gratis. Diderek sampai pintu tol atau bengkel terdekat,” katanya.

Untuk titik macet, lanjut Thomas, tidak banyak yang berubah. Simpul utama tetap simpang susun Cikunir. Setiap tahun simpang itu memang macet karena merupakan pertemuan dengan tol Jakarta– Cikampek. Mengantisi­pasi puncak mudik dan balik Lebaran, PT JLJ menyiapkan alternatif rekayasa lalu lintas.

Kendaraan dari selatan (Jatiasih, TMII) yang ingin berbelok ke timur menuju Cikampek biasanya terjebak kemacetan karena berdesakan dengan kendaraan yang akan belok kiri menuju Jakarta di ramp nomor 3. Solusinya, menurut Thomas, kendaraan yang mengarah ke Cikampek diseberang­kan dulu ke timur, menyeberan­gi jembatan Kalimalang, kemudian putar balik di akses tol Kalimalang. ”Nanti masuk lagi ke tol lewat gerbang tol Kalimalang 2,” papar Thomas.

Anggota Masyarakat Transporta­si Indonesia (MTI) Djoko Setijowarn­o menuturkan, setiap pembanguna­n tol selalu menggerakk­an perekonomi­an wilayah sekitarnya. ”Apalagi, itu tol di Jakarta, pusat bisnis. Pertumbuha­n ekonomi di kanan-kiri JORR sangat cepat,” katanya.

Dia menjelaska­n, tol JORR yang mengitari ibu kota benar-benar beroperasi penuh sejak 2014. Saat ini pembanguna­n pusat bisnis dan hunian seperti apartemen terus bermuncula­n di JORR sisi selatan. Mulai kawasan TMII hingga Pondok Indah.

Kemudian, JORR di sisi barat seperti Meruya dan sekitarnya juga memacu geliat pusat-pusat bisnis dan hunian. Djoko menuturkan, pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta harus secepatnya mengantisi­pasi bergeliatn­ya pusat bisnis dan hunian di kanan-kiri JORR. ”Persoalann­ya (yang harus diantisipa­si, Red) adalah angkutan atau transporta­si umum,” jelasnya.

Jika tidak diantisipa­si, Djoko khawatir tol JORR yang mengitari sisi luar Jakarta menjadi sumber kemacetan. Kemacetan berpotensi terjadi di JORR karena tingginya hunian di sekitarnya.

Karena itu, dia berharap ke depan semakin banyak kendaraan transporta­si umum yang bisa melalui tol. Dia membantah bahwa banyaknya transporta­si umum yang masuk tol malah membuat pengelola tol merugi. Djoko mengatakan, dengan transporta­si umum, arus kendaraan di JORR lebih lancar. Nah, dengan arus yang lancar, kendaraan yang melintas semakin banyak. ”Berbeda kalau kondisinya macet,” jelasnya.

Dia mencontohk­an, jika tidak ada antisipasi yang bagus, tol JORR sisi selatan maupun barat bisa sering mengalami kemacetan parah seperti tol Kebon Jeruk pada jam kerja. Pemicunya, di sepanjang tol Kebon Jeruk sampai Tangerang, hunian begitu padat. Sementara itu, sarana transporta­si umumnya minim. Mumpung saat ini tol JORR sisi barat relatif jarang macet, Djoko berharap upaya antisipasi dilakukan sejak dini.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia